Tuesday, October 9, 2007

Mati Suri = Mati Icip-icip

Apakah Anda percaya akan ilmu mengeluarkan sukma (jiwa) atau dalam bahasa Londo-nya disebut Out-of-body-experiences (OBE), ini benar-benar bisa dibuktikan, bukannya karena mang Ucup fan beratnya dari majalah Liberti & Misteri, tetapi karena ini benar2 fakta nyata. Umat Kristen menilai OBE itu klenik atau takhayul, tetapi kebalikannya banyak umat Kristen percaya akan Mati Suri atau dalam bahasa Sunda nya disebut Near Death Experience (NDE).

Mati Suri (NDE) itu sebenarnya identis 100% dengan OBE alias Out-of-body-experiences, sebab pada saat mati suri jiwa kita juga keluar dari tubuh raga jasmani kita.

Berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan oleh organisasi Gallup Poll pada th 1996 ternyata lebih dari 13 juta orang di USA pernah mengalami mati suri. (NDE - Toronto Star 5. Maret 2000).

Berdasarkan kesaksian mereka, pada saat mereka mati suri, ternyata mereka bukan hanya sekedar bisa mendengar percakapan orang-orang disekitar mereka saja, bahkan sebagian besar bisa menceritakan secara rinci jalannya operasi sampai menjelaskan dibagian mana saja mereka dijahit setelah di operasi.

Mati suri ini bisa dibuktikan secara ilmiah, jadi bukan hanya sekedar kesaksian dari dongeng orang saja. Dr Paul Segal dari University of California, pernah melakukan test dimana seekor hamster (semacam tupai) dibunuh dengan perlahan melalui temperatur yang sangat rendah, setelah itu, tubuh dari hamster tsb didinginkan dengan es selama 4 jam.

Pada saat hamster tsb berada dalam es, tubuhnya di monitor dengan peralatan yang sangat sensitiv sekali, ternyata tidak ada kehidupan sama sekali, aktivitas gelombang otaknya maupun denyut jantungnya mati total. Setelah itu dengan bantuan alat pemanas hamster tsb bisa dihidupkan kembali, seakan-akan tidak pernah terjadi sesuatu sebelumnya. Test ini dilakukan secara ber-kali2 dengan hamster yang sama, dan selalu berhasil!

Hal yang sama sering terjadi pada orang yang mati karena jatuh kedalam sungai yang sudah beku jadi es, walaupun sudah terbuktikan, bahwa mereka telah mati kedinginan selama berjam-jam ternyata mereka bisa dibangkitkan kembali dari kematiannya.

Universitas Virginia Dr Raymond A Moody pernah meneliti fenomena ini. Hasilnya orang mati suri rata-rata memiliki pengalaman yang hampir sama. Memasuki lorong yang gelap dan diakhir lorong bisa melihat cahaya ! Bagi mereka yang ingin membaca dan mempelajari lebih jauh mengenai mati suri silahkan lihat situs: www.iands.org/index.html atau membaca buku "Life afer Life" karangan dari Dr Raymond A. Moody Jr.

Dr Duncan Mc Dougal dari Massachusets pernah menulis satu artikel di American Medicine (April 1907) lihat situs http://www.snopes.com/religion/soulweight.asp bahwa ia pernah melakukan test terhadap orang-orang yang mau meninggal, ternyata pada saat mereka meninggal, berat badan mereka menjadi berkurang, tetapi anehnya ketika test yang sama dilakukan terhadap 15 ekor anjing, hewan-hewan tsb tidak kehilangan berat badannya sama sekali. Disinilah mungkin terbuktikan bahwa hanya manusia saja yang sebenarnya memiliki jiwa itu.

Disamping itu dengan adanya mati suri terbuktikan sudah bahwa manusia itu benar-benar punya jiwa bahkan jiwa itu bisa keluar untuk beberapa saat lamanya meninggalkan raganya. Pengalaman selengkapnya dalam bahasa Indonesia, dari orang yang pernah mati suri bisa dibaca http://irdy74.multiply.com/reviews/item/142

Pada saat jiwa kita keluar dari tubuh ia bisa melayang-layang kemana saja, misalnya melihat apa yang sedang dilakukan oleh pasangan kita dirumah/dikantor. Atau pergi berkujung ke mang ucup di Holland atau pulang mudik ke kampung, maklum jiwa tidak butuh ticket pesawat atau mungkin juga ingin ngintip sejenak di Neraka atau di Sorga ? Kelemahannya hanya satu kalau jiwa yang pulang mudik tidak bisa bawa oleh-oleh maupun koper. Kurang lebih seperti yang bisa dilihat di film "Ghost" - Patrick Swayze & Demi Moore!

Nah bagi mereka yang ingin belajar bagaimana caranya mengeluarkan Jiwa/Sukma untuk mencoba Out-of-Body-Experiences (OBE), bisa belajar dari mang Ucup dalam tulisan berikutnya ialah "Ilmu mengeluarkan Sukma". Dijamin setiap orang pasti akan berhasil !!!

Bagi mereka yang serious ingin belajar "Ilmu Mengeluarkan Sukma" dianjurkan agar sebelumnya melakukan puasa "Tapa Pati Geni" (pantang makan makanan yang dimasak dengan api sehari semalam) terlebih dahulu.

WARNING BERAT: artikel mengeluarkan sukma hanya boleh dibaca oleh mereka yang kuat iman saja. Dan tidak dalam keadaan haid.

Semua artikel mang Ucup boleh di copy maupun di fwd kepada siapapun juga, gratis !

Mang Ucup
Email: mang.ucup@gmail.com
Homepage: www.mangucup.net
http://www.friendster.com/mangucup

Selanjutnya......

PGS dan Pelepeh

Oleh BUDIARTO SHAMBAZY
http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0710/09/utama/3894629.htm
====================

Pencalonan MS (Megawati Soekarnoputri) dan BY (Bang Yos) sebagai presiden jadi magnet yang menyedot perhatian. Muncul pula reaksi berantai dari berbagai kalangan elite politik.

PDI-P partai paling siap dalam pencalonan presiden sejak rakernas di Bali Januari lalu. Ketika itu beredar sedikitnya tiga nama wapres yang akan mendampingi MS tahun 2009.

Partai nasionalis itu membentuk pula "sayap Islam" Baitul Muslimin. Dua tokoh Islam, mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syafii Ma’arif dan Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Agil Siraj jadi Dewan Pembina Baitul Muslimin.

Partai berjuluk "Moncong Putih" itu mengadakan juga silaturahmi dengan Partai Golkar (PG). Ini langkah awal dari kemungkinan merapatkan barisan atas nama Koalisi Kebangsaan tahun 2009 sekaligus sebagai upaya membendung radikalisme.

Lebih dari itu, PDI-P tetap konsisten dengan posisi sebagai partai oposisi. Dalam rangka konsistensi itu, PDI-P, misalnya, menolak tawaran SBY untuk mengisi tiga kursi dalam perombakan Kabinet Indonesia Bersatu belum lama ini.

Jika tak ada aral melintang, partai pemenang Pemilu 1999 itu mengumumkan nama-nama calon wapres yang akan mendampingi MS sekitar Maret 2008 di Solo. Dan menurut jadwal sementara, sekitar November 2008 partai pemenang kedua Pemilu 2004 itu mengumumkan satu nama calon wapres di Makassar.

Mengapa Makassar? Bukanlah sebuah kebetulan bahwa kota "Anging Mamiri" itu merupakan basis politik JK.

Bulan madu PDI-P dengan PG masih terus berlangsung sampai kini. Menurut rencana, dalam Pilpres 2004, MS ingin menggandeng JK, tetapi keburu didahului oleh SBY.

Pertimbangan MS kala itu adalah JK, yang waktu itu Menko Kesra, merupakan orang yang get things done karena ia pengusaha yang pragmatis. JK juga mewakili kepentingan di Indonesia timur.

Nah, mungkinkah MS akan kembali meminang JK sebagai calon wapres dalam Pilpres 2009? Jawabannya, mengapa tidak?

JK pernah mengatakan bahwa ia tak mungkin jadi capres karena bukan orang Jawa. Ini sikap yang amat realistis.

Realisme itu pula yang mendorong JK segera mengumumkan kemungkinan ia tak lagi berpasangan dengan SBY dalam Pilpres 2009. Ia ingin ekonomi negara ini segera bergerak sebagai prasyarat penting bagi terciptanya stabilitas politik.

Lagi pula sukses MS ketika menjadi presiden ialah memperbaiki kondisi ekonomi secara bertahap. Banyak pakar ataupun pers yang mengakui indikator-indikator makro dan mikro ekonomi RI terus membaik tatkala MS jadi presiden.

Masalahnya, Pilpres 2009 berlangsung setelah Pemilu 2009. Andaikan PG kembali memenangi Pemilu 2009 fatsun politik mengatakan partai berlambang pohon beringin itu mesti mengajukan capres sendiri.

Dan suka atau tidak, JK merupakan capres terkuat PG sampai saat ini. Belum ada indikasi nama-nama lain, seperti Surya Paloh atau Akbar Tandjung, akan mampu menyaingi JK.

Namun, apa yang terjadi kalau PDI-P kembali mengulang sukses Pemilu 1999 mengalahkan PG? Itulah sebabnya, ada pemeo yang mengatakan "politics is the art of the possible".

Seperti halnya JK, MS sebetulnya orang yang juga realistis. Salah satu kekuatan dia saat kampanye Pilpres 2004 adalah sikapnya yang enggan melontarkan janji-janji selangit.

Dalam sebuah kesempatan setelah kalah dalam Pilpres 2004, ia secara tak langsung mengatakan tak begitu peduli kalau rakyat menilai dirinya gagal. Presiden sebuah negara sahabat pernah bercerita bahwa MS lebih suka tutup mulut karena di Indonesia sudah terlalu banyak orang yang hanya pandai berbicara.

Saya agak bingung ketika beberapa bulan yang lalu beberapa kalangan politik dan bisnis sering menanyakan kepastian MS mencalonkan diri tahun 2009. Sebuah sumber diplomatik Barat, misalnya, bercerita tentang peningkatan popularitas MS.

Seorang pelobi bisnis top asal Malaysia bahkan bolak-balik menegaskan "investasi akan masuk" jika MS mencalonkan diri dan menang lagi. Namun, syaratnya "MS jangan dipengaruhi orang-orang tertentu di sekitarnya".

Jadi, Anda yang bosan dengan capres yang "L4" (lu lagi, lu lagi) siap-siaplah kecewa. Dua tokoh dari dua parpol terbesar, PDI-P dan PG, yakni MS dan JK, tampaknya masih akan berbicara.

Dalam konteks itu BY (Bang Yos) jadi sukar berkiprah karena belum punya partai. Ia punya modal presidential karena masih ada yang gemar kepemimpinan jenderal purnawirawan.

BY, mereka yang berminat, dan para aktivis baiknya berjuang keras agar capres independen boleh ikut Pilpres 2009. Selain BY, terbetik kabar BJH (BJ Habibie) juga tertarik ikut sebagai capres independen.

Andai mereka ikut serta, sedikitnya ada sepuluh capres yang bertarung. Pesta demokrasi jadi ramai, meriah, sehat, dan—yang terpenting—rakyat mempunyai banyak alternatif.

Namun, sebagian warga menderita "penyakit pemula" demokrasi langsung, yakni "playing God syndrom" (PGS). Tak ada lagi capres yang pas, semua nama ada embel-embel "tetapi".

Ada pula warga "pelepéh" yang cepat bosan. Dukungan kepada GD (Gus Dur), MS, SBY, dan siapa pun nanti tak akan lama karena dilepéh terus.

Wajar mereka begitu karena sepuluh tahun kecewa melulu. Dan jangan coba-coba menebak kenapa mereka bersikap begitu.

Penyebab republik gégér gara-gara pelatih karateka dianiaya polisi Malaysia saja kita enggak tahu? Apa penyebab Jakarta macet total selama berhari-hari, sampai kiamat pun kita tak tahu.

Selanjutnya......

Mencari Sosok Berintegritas

Oleh Rhenald Kasali
http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0710/08/opini/3908109.htm
====================

"Jika mencurigai seseorang berbohong, berpretensilah seakan-akan memercayainya; Kebohongan akan terungkap dengan sendirinya dan topeng akan terbuka." Arthur Schopenhauer (1788–1860)

Kata-kata mutiara itu mengingatkan pada cara kerja berbagai panitia seleksi yang mencari sosok berintegritas untuk masuk komisi-komisi independen.

Berbagai cara dilakukan untuk mencari, mengumpulkan, memeriksa, mengendus jejak, hingga mewawancarainya. Wawancaranya pun dilakukan secara terbuka sehingga catatan-catatan negatif setiap calon menjadi tontonan publik.

Orang berintegritas tidak berbohong meski catatan negatifnya bukan masalah kecil. Apa yang diucapkan itu adalah yang dilakukan, begitu pula sebaliknya. Namun, selalu saja ada satu-dua yang berbohong. Kebohongan ini sebenarnya bisa dibaca, tetapi tidak mudah menemukan bukti-bukti. Kalaupun ada, kita hanya menemukan "bukti katanya" dari orang yang mengaku pernah mendengar. Namun, bukti otentik biasanya jarang didapat.

"Bukti-bukti katanya" menjadi masalah besar. Di satu sisi menimbulkan ketidakpercayaan, di sisi lain tidak semua anggota panitia seleksi (pansel) memercayai bukti itu. Itu karena selain bukti negatif, orang-orang itu juga punya catatan positif. Namun, berpretensi baik, seperti kata Arthur Schopenhauer, bisa membuka topeng seseorang. Hanya saja, jarak waktunya tak dalam genggaman waktu yang dimiliki pansel. Semua bisa terjadi setelah mereka terpilih.

Mitos orang baik

Adakah orang yang kita inginkan benar-benar baik? Jika mencari yang berintegritas saja, kiranya kita semua mempunyai calon. Namun, kita tidak mencari orang yang hanya jujur, tetapi juga mempunyai keberanian, mau memberantas korupsi, dan cerdas. Masalahnya, orang- orang cerdas belum tentu mau memberantas korupsi, juga sebaliknya.

Bergulat dengan perubahan, bangsa ini membutuhkan pemimpin. Dia bukan sekadar manajer biasa yang bekerja dengan sistem dan memelihara keseimbangan. Yang dicari adalah orang yang berani membongkar belenggu dan menanamkan nilai-nilai baru. Karena itu, Michael Angelo pernah mengatakan, "every act of creation must be started by the act of destuction".

Orang seperti itu tentu bisa dibaca dari rekam jejaknya. Semakin banyak belenggu dan tradisi yang dibongkar, semakin tidak populer dan banyak musuhnya. Yang pernah belajar leadership tentu ingat kalimat Paul Newan, "If you don’t have enemy, you don’t have character".

Seperti itu pula kita membaca surat-surat bernada amat negatif yang diajukan masyarakat terhadap nama-nama yang lolos uji integritas. Selalu ada orang yang gigih mengajukan bukti-bukti yang terkesan lengkap. Setelah ditelusuri, ada bagian yang dapat diterima, tetapi tidak semuanya dapat dipertanggungjawabkan. Sebagian informasi justru bertentangan. Kiranya seperti itulah pemimpin perubahan, kian berani, kian banyak musuhnya. Prof Komaruddin Hidayat mengatakan, "Hanya mobil yang tak pernah keluar garasilah yang tak ada cacatnya." Namun, pemrotes selalu berkilah, "Kalau sudah banyak yang tidak senang, perannya tidak efektif?"

Ada semacam rasa tidak nyaman bagi sebagian orang saat nama-nama tertentu masuk dalam list. Pansel bisa saja salah memilih, tetapi tidak bisa bekerja dengan persepsi. Jam terbang, pengalaman, dan ilmu pengetahuan berperan besar. Hanya karena kenal, atau mereka menjadi wistleblower, belum berati orang itu mampu menjadi sosok yang dicari.

Pengalaman di dunia bisnis menunjukkan tidak mudah mencari "orang baik". Selalu ada paradoks, antara pemimpin "kuat" (tetapi menyakitkan) dan pemimpin "baik" (tetapi tidak menyumbang keuntungan). Hal ini juga terjadi dalam mencari pemimpin Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Mitos "orang baik" menjadi perdebatan panjang. Seolah dengan membuang yang disangka jahat (koruptor), pasti didapat orang baik (antikorupsi).

Sebenarnya orang baik dan orang jahat selalu ada di mana-mana. Manusia bisa menjadi baik dan jahat karena karakter dan lingkungannya. Namun, orang tidak otomatis menjadi sesuatu karena persepsi. Oleh karena itu, berhati-hatilah terhadap persepsi. Ini bukan sekadar komitmen ucapan (say believe), tetapi tindakan (do believe) yang hanya didapat dari ujian. Dan suka atau tidak, ujian tidak ada di tempat bersih, tetapi di lembaga-lembaga kotor. Itulah sebabnya "orang baik" yang berasal dari lingkungan baik-baik hanya mitos. Seperti kata Plato, "hidup yang tidak teruji tidak bernilai." Maka, yang penting bukan hanya prosesnya, tetapi juga rekam jejak dan pelembagaannya.

Rekam jejak

Abraham Lincoln pernah mengatakan, "A man’s character is like a tree and his reputation like it’s shadow; The shadow is what we think of it; The tree is the real thing." Rekam jejak membantu kita memahami the real thing, yaitu pohon atau jati diri seseorang yang terbentuk dari apa yang dilakukan bertahun-tahun.

Sayang, rekam jejak di Indonesia belum sepenuhnya mencerminkan "pohon" seseorang. Penelusurannya belum dapat dilakukan secara terbuka dengan data-data akurat. Terlebih lagi, banyak data diperoleh melalui pihak ketiga dan laporan masyarakat yang bersifat undercover, confidential, dan tidak tertutup datang dari kalangan "sakit hati". Data itu perlu dibaca dengan penuh kehati-hatian.

Alih-alih mendapat pohon (karakter dan leadership), yang diperoleh hanya bayangan (reputasi), yang bentuknya bisa bermacam-macam. Apalagi seorang change maker, kesannya bisa seperti monster. Orang-orang yang terusik akan berupaya mati-matian menimbulkan impresi jahat.

Pengalaman sejarah yang memalukan tidak boleh terulang dalam pemilihan sosok berintegritas. Dalam sejarah kemerdekaan, yang tidak suka dengan tetangganya melaporkan orang itu sebagai pejuang untuk ditahan dan disiksa kompeni (Belanda). Dalam sejarah pembubaran PKI, lagi-lagi banyak fitnah "sakit hati" ditaburkan sehingga terlapor dibinasakan tentara. Kehati-hatian adalah wisdom, bukan "kurang berani". Untuk memilih pemberani, pansel harus punya nyali, termasuk saat diolok-olok. Oleh karena itu, pengecekan silang menjadi penting dan dilakukan berkali-kali. Pengalaman empiris menemukan, amat mungkin topeng integritas satu-dua orang baru terbuka setelah ia terpilih seperti kata Arthur Schopenhauer.

Karena jarak antara cross-check dan pengumuman amat pendek, proses berikut di DPR menjadi amat penting. Meski DPR memakai lensa politik, integritas tidak dapat dijadikan alat tawar-menawar. DPR yang diawasi media tentu punya kemampuan menyaring yang lebih baik. Kalaupun tidak didapat, proses kelembagaan masih bisa menjadi tumpuan.

Kelembagaan antikorupsi

"Mitos orang baik" dalam proses seleksi bisa berakibat buruk jika amat dipercaya. Dalam banyak kasus, mitos ini mengakibatkan manusia lupa membangun institusinya, berakibat "orang baik" menjadi "jahat" karena lembaganya lemah.

Hampir semua komisi independen yang hanya mengandalkan pemimpin hasil seleksi, yang didukung jajaran birokrasi, mengalami guncangan integritas. Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Komisi Yudisial (KY) hanya dua contoh. Komisi lainnya tidak berarti terbebas dari masalah. Mereka menghadapi masalah administrasi perkantoran, laporan keuangan, pengawasan, perekrutan pegawai, pengadaan barang, kepemimpinan kolektif, tata nilai (corporate culture), dan sebagainya.

Maka seleksinya tidak sekadar merekrut orang, tetapi membentuk tim yang mutlak harus ada perekat. Dalam bahasa kepemimpinan, kombinasi reptilia (penyerang, penyidik) dengan mamalia (yang memelihara organisasi) perlu menjadi pertimbangan. Setelah terbentuk, agenda pertamanya bukan menangkap penjahat, tetapi membangun dan menata kembali organisasi. Agar tidak terperangkap, manajemen harus diserahkan kepada profesional. Jadikan komisioner sebagai pemimpin perubahan.

Lembaga yang kuat menyumbang lebih dari 75 persen keberhasilan sebuah misi. Pada lembaga yang kuat, orang-orang "jahat" dapat dibentuk menjadi baik. Sebaliknya, pada lembaga yang manajemennya lemah, orang-orang "baik" dapat berubah menjadi "jahat".

Rhenald Kasali Salah Seorang Anggota Panitia Seleksi Pimpinan KPK, 2007

Selanjutnya......

Timpang

Oleh Ariel Heryanto
http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0710/07/persona/3894521.htm
=====================

Lebih dari satu dekade lalu rezim militer Burma terpukau konsep dwifungsi ABRI, bahkan ideologi Pancasila sesudah dipelintir Orde Baru. Mereka ingin mengimpor semua itu dari Indonesia. Maklum waktu itu jadi perwira militer di Indonesia kelihatan wah banget. Hak istimewa berlimpah. Berada di atas hukum. Dan yang terpenting bisa kaya raya tanpa berperang.

Siapa tidak terpikat? Ada anekdot seorang Presiden Amerika Serikat berkunjung ke Indonesia. Dalam acara santai, sang tamu negara bertanya kepada Presiden RI, bagaimana caranya bisa berkuasa berpuluh tahun. Sang tuan rumah membisikkan rahasianya: masuklah Golkar dan ikutlah P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila).

Ketika Orde Baru rontok, bukan cuma militer Indonesia yang panik. Bisa dibayangkan betapa pusing militer di Burma. Tidak ada lagi tokoh teladan. Mungkin ada yang menyanggah, antek-antek Orde Baru masih gentayangan sesudah berganti nama, suara, dan baju untuk merangsek masuk pucuk kekuasaan lagi. Benar, tetapi bagaimanapun juga Indonesia sekarang tidak sama dengan 15 atau 20 tahun lalu.

Sebulan ini media massa kita meributkan kasus mantan jenderal yang diduga menerima hadiah dari pengusaha dengan cara yang keabsahannya dipermasalahkan beberapa pihak. Pada zaman Orde Baru mana mungkin harta jenderal atau mantan jenderal dipertanyakan? Mana ada koran menyiarkan berita begituan?

Perkembangan di Burma bisa diikuti dengan melirik sejarah Indonesia sendiri. Di Burma, militer mengambil alih kekuasaan secara tidak sah (alias kup) setelah terbukti kalah dalam pemilihan umum tahun 1990. Sejak itu mereka goyang kaki di tampuk kekuasaan. Untuk mempertahankan kenikmatan ini mereka tidak ragu membuat banjir darah rakyat yang dibantai. Sementara para jenderal dan keluarga mereka hidup mewah, khususnya bila berpelesir ke luar negeri.

Sulit dibilang militer Indonesia melakukan kup. Mereka memang merebut kekuasaan dari serombongan tentara berpangkat menengah yang melakukan penculikan dan pembunuhan terhadap beberapa perwira tinggi. Kelompok ini menamakan diri Gerakan 30 September (G30S), tanpa embel-embel "PKI". Apakah PKI ikut diam-diam atau sama sekali tidak terlibat, masih diteliti para ahli.

Orde Baru tidak kalah pemilu lalu merebut kekuasaan, seperti junta militer di Burma, tetapi perbedaan itu tidak total. Ada bayang-bayang pemilunya di situ. Bisa dibilang Orde Baru merupakan pihak yang beruntung mendapatkan durian jatuh dari pohon yang digoyang-goyang pemerintah sebelumnya (Presiden Soekarno) dan militer waktu itu.

Menurut sarjana Daniel Lev almarhum, dibatalkannya pemerintahan parlementer di Indonesia akhir dekade 1950-an dan ditegakkannya negara otoriter Demokrasi Terpimpin merupakan siasat Presiden Soekarno dan Jenderal Nasution untuk mencegah berkuasanya PKI yang diramalkan akan menang jika diadakan pemilihan umum nasional secara adil dan demokratis.

Yang terjadi kemudian sudah kita ketahui bersama. Soekarno terjungkal. PKI dibantai habis-habisan. Militer naik panggung kekuasaan tanpa harus bertanggung jawab pada siapa pun. Modal asing masuk dan menggenjot industri kapitalisme yang dalam bahasa Orde Baru disebut Pembangunan. Hasilnya menakjubkan, tetapi tidak terbagi merata.

Ketimpangan antara kesejahteraan para jenderal dan prajurit pada tahun 1965 telah menjadi salah satu motivasi Gerakan 30 September. Begitulah penjelasan resmi mereka dalam siaran pers setelah merebut stasiun RRI.

Ketimpangan itu ternyata tidak pernah menyempit sejak berkuasanya Orde Baru. Malahan menjadi-jadi. Sebagian dari ketimpangan itu diakibatkan tidak meratanya kesempatan melakukan penjarahan harta karun bangsa dan negara. Istilah lain untuk korupsi.

Beberapa mantan jenderal yang sebulan terakhir diberitakan media massa belum terbukti bersalah. Dan semua pihak layak menghormati asas praduga tak bersalah. Tetapi, yang jelas praktik pemberian "hadiah" bernilai raksasa bukan hal yang lazim dinikmati sebagian besar warga negara biasa. Tanyakan para korban lumpur Sidoarjo. Tanyakan juga para prajurit berpangkat rendah.

Bulan lalu dalam sebuah diskusi terbuka di Melbourne tentang 10 tahun reformasi Indonesia, seorang hadirin bertanya bagaimana cara terbaik mengatasi korupsi di Indonesia. Sebagai salah satu panelis, Irman Lanti menjawab tegas: tembak mati. Sebagai panelis lain saya tidak setuju.

Keesokannya saya baca koran: yang tertembak mati bukan koruptor besar. Menurut berita, tentara dan polisi berbaku-tembak. Sama-sama berpangkat rendahan. Menurut berita di koran pula, bentrok seperti ini disebabkan minimnya kesejahteraan mereka.

Di Burma, beberapa prajurit muda menolak perintahan atasan untuk menembak para biksu yang hanya punya nurani dan bukan senjata atau gairah menggantikan para jenderal berkuasa di istana.

Selanjutnya......

Satu Detik setelah Loe Koit ! - Bag. 3/3

Banyak orang tidak yakin akan adanya jiwa di dalam tubuh kita, maklum jiwa itu tidak bisa dilihat, tetapi anehnya di Indonesia ada Dr Jiwa, Rumah Sakit Jiwa maupun Asuransi Jiwa, walaupun belum ada satu orang pun yang pernah melihat jiwa.

Pertanyaan saya kapan jiwa/roh dari orang tsb akan keluar meninggalkan tubuhnya? Apakah setelah ia tidak bernafas lagi? Menurut beberapa kepercayaan dan pendapat orang, setelah orang itu mati jiwa/roh dari orang tsb akan tetap berada melayang-layang disekitar tubuhnya selama 72 jam oleh sebab itulah mereka tidak akan mau menguburkan mayat tsb sebelum masa 72 jam ini lewat.

Sedangkan menurut pendapat mang Ucup, orang itu meninggal dunia (mati) apabila jiwanya sudah tidak bisa balik atau berhubungan lagi dengan tubuhnya, jadi sudah benar-benar keluar dan putus hubungan dari tubuh tsb. Kalau kita sudah keluar dari pintu untuk pindah ke alam baka, kita tidak akan bisa balik lagi masuk kembali melalui pintu yang sama. Orang yang mati suri pada umumnya belum keluar dari pintu ini, mereka masih berada di dunia fana, mereka belum melewati batas pintu kematian.

Kata jiwa dalam bahasa Indonesia diserap dari bahasa Sansekerta "jiva" sedangkan kata roh diserap dari bahasa Arab Al-Ruh. Sedangkan Soul dalam bahasa Inggris diserap dari kata Jerman Kuno "seula". Sedangkan jiwa sudah meninggalkan raganya dalam bahasa Indonesia disebut "arwah".

Jiwa dalam bahasa Arab disebut juga "al-nafs' seperti juga dalam bahasa Ibrani "nefesy'. Kata ini identis dengan nafas, sebab Sang Pencipta menciptakan manusia dengan cara meniupkan "nafas" kehidupan kedalam raga manusiawi. Oleh sebab itu juga kata bernafas dalam bahasa Jerman "atmen" diserap dari bahasa Sasenkerta "atman" yang berarti jiwa. Sedangkan dalam bahasa Yunani "Psyche" maka dari itu jurusan ilmu jiwa disebut Psikologi.

Keyakinan tentang keberadaannya jiwa bukan dibahas oleh para agamaist saja melainkan sudah ribuan tahun sebelumnya dibahas dan diakui juga oleh para filsuf besar Plato, Socrates maupun Rene Descartes yang pernah mengeluarkan pernyataan bahwa semuanya tidak ada yang pasti, kecuali kenyataan, bahwa seseorang bisa berpikir. "Aku berpikir maka aku ada" dalam bahasa Latin "Cogito ergo sum" atau dalam bhasa Perancis "Je pense donc je suis".

Mengenai jasad atau tubuh seseorang sudah jelas bahwa ia akan kembali menjadi debu, tetapi kemana pergi jiwa/roh nya? Menurut Prof. Dr. Werner von Braun Alm. seorang ilmuwan yang sangat piawai sekali dalam hal pembuatan roket: "Saya percaya akan adanya roh/jiwa, karena berdasarkan logika dari ilmu pengetahuan, tidak mungkin sesuatu akan hilang begitu saja tanpa berbekas, kalau tadinya ada nyawa di dalam tubuh kita, berarti nyawa tsb akan tetap ada dan akan tetap hidup terus!"

Banyak orang sudah berusaha untuk mengukur berdasarkan berat badan orang hidup dan orang mati dan selisihnya inilah yang mereka definisikan sebagai beratnya dari jiwa/roh.

Apakah mungkin jiwa/roh itu merupakan perasaan kita, seperti kasih sayang, marah, sedih, senang, rasa cemburu? Karena perasaan juga tidak bisa diukur dan ditimbang, disamping itu belum ada manusia yang bisa menciptakan atau mendefinisikan secara exact perasaan itu bagaimana! Kita bisa menciptakan robot yang serba canggih, tetapi tidak mungkin manusia bisa menciptakan robot yang bisa mempunyai perasaan, karena robot tidak mempunyai jiwa/roh. Maka dari itu juga kata nafsu, seperti nafsu birahi, nafsu amarah dalam bahasa Indonesia, diambil dari kata yang sama seperti jiwa "al-nafs" dalam bahasa Arab.

Walaupun demikian ada banyak orang yang berpendapat bahwa perasaan itu adalah hasil produksi atau output dari daya pikir kita, maka dari itu kalau otak dari orang tsb mati, maka matilah juga perasaannya atau dalam arti kata lain tidak ada perasaan lagi setelah kita mati atau tidak ada lagi kehidupan setelah mati. Aliran yang mempercayai pendapat ini disebut Epiphänomenalismus. Apakah bisa dibuktikan bahwa perasaan itu adalah hasil output dari daya pikir kita? S/d detik ini tidak ada ilmuwan manapun juga yang bisa melokalisir di bagian otak mana kita merasa senang, sedih ataupun marah.

Menurut pendapat mang Ucup, otak kita bisa melaksanakan aktivitas perasaan seperti menyayangi, senang, susah, sedih maupun marah, tetapi penyebabnya bukanlah otak kita. Ini sama seperti TV, kita bisa melihat film karena ada TV, tetapi TV itu sendiri tidak membuat film, melainkan film dibuat di studio pemancar. Dan program tetap berjalan terus walaupun TV tsb dipadamkan. Otak kita itu sama seperti CPU dari computer, tetapi CPU tsb bukanlah programmer nya.

Kalau jasad dan badan kita mati, berarti yang akan hidup terus ialah arwah/roh/jiwa. Pertanyaan yang saya ingin ketahui dalam cara bagaimana roh/jiwa ini bisa hidup terus.

1. Apakah seperti dalam keadaan tidur atau seperti dalam keadaan pingsan, jadi dalam keadaan pasiv?
2. Apakah seperti pada saat kita lagi mimpi dimana kita bisa aktiv melakukan kegiatan seperti dalam kehidupan sehari-hari ?
3. Apakah mengulang lagi masa hidup yang lampau, jadi bisa bertemu dengan kawan-kawan lama, maupun anggota keluarga yang sudah berada di alam baka?
4. Ataukah kita akan dilahirkan dalam bentuk dan wujud baru jadi memulai sesuatu dari nol lagi?

Berdasarkan pengalaman dari orang-orang yang pernah, bahkan sering memanggil arwah, kemungkinan ke tiga lah yang sering dan mudah dibuktikan. Karena kalau ia sudah dilahirkan kembali pasti arwahnya tidak akan bisa dipanggil lagi, karena arwah tsb sudah berada di dalam jasad atau tubuh baru, jadi tidak bisa keluar lagi dari terminal.

Sedangkan kalau dalam keadaan tidur alias pasiv, tentu ia tidak akan bisa aktiv berkomunikasi dengan orang yang memanggilnya. Tetapi kemungkinan lainnya arwah dari orang yang sudah meninggal bisa dipanggil kembali, karena mungkin arwah/roh tsb sedang menunggu di "waitingroom" sebelumnya ia dilahirkan kembali, jadi masih belum masuk ke tubuh atau jasad baru. Berapa lama ia harus menunggu di waitingroom? Saya tidak tahu karena dalam soal ini saya belum berpengalaman.

Apabila rekan-rekan dan para pembaca belum bosan baca mengenai masalah kematian; mungkin pada suatu saat, saya akan melanjutkan untuk menulis pengalaman mereka yang sudah pernah mati alias Mati Suri atau dalam bahasa Londonya disebut "Near Death Experience" (NDE). Apa mungkin kita bisa Sightseeing sebagai tourist dengan ticket PP ke dunia kematian ? Apa yang mereka telah lihat dan alami disana ? Bagaimana rasanya mati itu ?

Mang Ucup
Email: mang.ucup@gmail.com
http://www.friendster.com/mangucup
Homepage: www.mangucup.net

Selanjutnya......

"SBY-S = BY"

Oleh Budiarto Shambazy
http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0710/06/utama/3888728.htm
================

Capres karier politik puncak yang bisa mengubah nasib rakyat. Capres menuntut pengorbanan besar karena bukan pekerjaan enteng.

Ada capres megalomaniak, ada yang berambisi dangkal. Padahal, keputusan menjadi capres menuntut refleksi mendalam dan pertimbangan saksama.

Premis ini berlaku bagi debutan atau yang pernah jadi capres. Sebelum maju, ajukanlah pertanyaan ini kepada diri Anda.


1. Apakah saya ingin jadi presiden? Banyak yang bernafsu, tetapi tak paham tanggung jawabnya.

Jika dinilai kurang serius, celakalah Anda. Jabatan presiden hanya untuk yang punya bibit, bébét, bobot.

2. Apakah saya tahu apa yang dikerjakan? Negara ini banyak masalah yang butuh solusi.

Rakyat bosan kepada presiden yang pandai bicara dan malas mempersoalkan golongan, jender, atau perlambang yang bersifat semu. Rakyat rindu kepada presiden berhati nurani yang berkelas manajer yang mau mendelegasikan wewenang.

3. Apakah saya punya waktu? Politik pekerjaan "24/7" dan presiden selalu "diuber setan". Boleh saja berkaraoke atau main golf, tetapi jangan keranjingan.

4. Apakah tepat waktunya mencalonkan diri? Tak ada kata "tua" dalam politik selama Anda berpengalaman memimpin.

5. Apakah saya siap malu? Setiap orang punya rahasia, apalagi teknologi makin canggih. Jika rahasia Anda amat memalukan, jangan maju. Kasihan keluarga dan pendukung Anda—kalau masih punya rasa malu—yang ikut menanggung aib.

6. Apakah saya bisa menang? Jangan gé-ér meramalkan kemenangan, Anda justru menggugat berapa persen kemungkinan Anda akan kalah.

Anda harus jujur, khususnya jika Anda pembohong. Kalau perlu, tanya psikiater atau tukang kebun apa pendapat mereka tentang Anda—biasanya mereka lebih jujur daripada para politisi di sekeliling Anda.

7. Apakah saya siap menerima kekalahan? Tirulah humor Bu Mega yang bilang "kami cuma kekurangan jumlah suara" setelah Pilpres 2004.

Ada politisi yang tabah menghadapi kekalahan. Namun, kalau kalah, Anda tidak perlu bernyanyi I Believe I Can Fly sambil loncat dari lantai 20 apartemen Anda.

8. Apakah saya serakah? Ini penyakit presiden dunia ketiga. Anda mengumpulkan harta untuk semua anggota keluarga, padahal makam Anda tak muat menampung semua harta curian.

9. Apakah uang saya cukup? Untuk jadi presiden, Anda harus kaya raya.

Waktu mengumpulkan dana Anda harus waspada. Jangan pinjam uang dari calon wapres, politisi pendukung, konglomerat yang berharap balas jasa, apalagi dari luar negeri.

Pinjamlah dana dari bank, titik. Kalau perlu, jual rumah atau tanah Anda.

10. Apakah keluarga saya siap? Tak sedikit keluarga presiden yang kehidupannya berantakan karena ayah/ibu mereka jadi presiden. Tetapi, Anda juga bisa membentuk dinasti politik seperti keluarga Gandhi di India atau Kennedy di AS.

Nah, kalau Anda menjawab jujur 10 pertanyaan itu, siapkanlah langkah-langkah ini.

1. Kalau sudah yakin, jangan mundur. Langkah-langkah awal penuh tantangan, tetapi setelah itu semuanya akan lancar.

2. Rumuskanlah visi dan misi jadi presiden di sehelai kertas kira-kira dengan 25 kata saja. Isinya alasan-alasan ingin jadi presiden, sasaran-sasaran yang ingin dicapai, dan mengapa Anda yang layak.

3. Siapkan biografi untuk memasarkan sosok Anda. Mungkin Anda tak mungkin menulisnya sendiri, maka sewalah orang- orang yang berkompeten.

4. Ajak keluarga berkampanye. Juga minta pengertian mereka bahwa ritme kehidupan sehari-hari pasti berubah, misalnya rumah pasti kayak pasar malam selama 24 jam.

5. Sewa profesional untuk tiga bidang terpenting: riset, komunikasi, dan strategi. Periset bertanggung jawab atas survei opini publik yang memantau posisi Anda di pasar.

Ahli komunikasi dan pakar strategi yang tepat biasanya yang memiliki latar belakang ilmu politik yang kuat. Ingat, Anda adalah "produk politik", bukan sabun atau kopi three in one.

6. Lancarkan tur Nusantara. Masa Anda kalah sama Madonna atau Mick Jagger yang masih melancarkan tur dunia?

7. Pelajari isu-isu penting. Sebelum pengumuman pencalonan Anda, sebaiknya tetirah ke tempat yang sunyi untuk sinau.

Siapkan fakta tentang berbagai isu penting dan posisi di setiap isu. Di negara ini ada 1.001 isu, mulai dari yang serius seperti poligami sampai yang sampingan kayak kegagalan timnas PSSI.

8. Sewa staf profesional dan penyusun jadwal. Hanya dua orang ini yang tahu keberadaan Anda. Mereka bertugas mengatur siapa yang bertemu Anda, mengapa mereka mau ketemu, berapa lama, dan detail lainnya.

9. Sewa manajer kampanye. Ada tiga tipe manajer kampanye: profesional yang biasa terlibat kampanye, nonprofesional berbakat ("politisi abadi"), dan nonprofesional paruh waktu (misalnya ilmuwan).

10. Bentuk tim internal. Tim terdiri dari staf profesional, penyusun jadwal, manajer kampanye, dan beberapa orang lagi yang Anda percaya dan jumlahnya 7-8 orang.

11. Untuk dua capres yang sudah resmi mencalonkan diri, camkan pesan saya. Untuk Bu Mega, pakailah slogan "Mie Gawatie Lezaaat Rasanya!"

Untuk BY (Bang Yos) ada slogan ampuh, "SBY-S = BY".

Selanjutnya......

Satu Detik setelah Loe Koit ! - Bag. 2/3

Mulai dari gembel s/d presiden, mulai dari koruptor s/d provokator, mulai dari pembunuh s/d Kyiai, Bikshu, Pdt/Nabi pendeknya entah siapapun kita ini harus mati. Yang beda hanya caranya saja, normal ataukah abnormal, mati sakit ataukah mati dibunuh, karena usia tua ataukah karena bunuh diri atau bisa juga mati karena digilas lebur jadi bubur ama kereta api. Tetapi semua makhluk hidup di dunia ini mulai dari binatang, tumbuh-tumbuhan s/d manusia memiliki satu tujuan yang sama ialah "kematian'!

Tujuan dari dilahirkan dimuka bumi ini adalah kematian, sehingga timbul pertanyaan dan pikiran kenapa harus dilahirkan kalau toh nantinya harus mati juga? Apa gunanya hidup ini kalau harus diakhiri dengan kematian? Agaknya menuju ke kematian itu adalah konsep kunci untuk menjawab pertanyaan mengapa manusia harus hidup.

Walaupun manusia sudah bisa menjabarkan seluruh rahasia dari DNA, bahkan bisa mengkloning kehidupan, tetapi kenyataannya pertanyaan yang simpel tsb diatas masih belum mampu dijawab secara rasional, karena s/d saat ini kita belum bisa menguak rahasia dari kematian secara ilmiah.

Lucunya walaupun kita ini tahu bahwa kita ini harus mati dan `tidak mungkin" bisa melawan kematian, tetapi sejak ribuan tahun manusia itu tetap saja mencoba terus untuk melawan kematian dan kita tidak mau menerima kenyataan, bahwa kita itu harus mati.

Mulai dari gembel s/d profesor, walaupun mereka sudah di vonis musti mati, tetapi mereka tetap saja ingin berusaha terus dengan segala macam daya upaya untuk bisa hidup terus atau minimum memperpanjang hidup mereka.

Kalaupun ada "keabadian", ia cuma berarti sirkulasi infra-human saja. Misalnya, daging yang membusuk jadi tanah, jenasah yang dikremasi jadi abu, dll. Maka, hanya manusia yang bisa meninggal. Sedangkan sisanya cuma mati-busuk-habis, tanpa embel-embel. Tapi dalam diri manusia, kematian memperoleh dimensi sejati ialah "tempat/saat" sejarah (ruang/waktu) manusia menjadi keabadian. Jadi hidup terus di dalam dunia maya saja.

Sebenarnya udah jelas tujuan hidup kita ini ialah kematian, tetapi 99,9% manusia didunia ini tidak ada yang mempersiapkan kehidupannya untuk menuju kematian, boro-boro untuk mempersiapkannya memikirkannya azah ogah.

Tanya azah sama diri sendiri, apakah terpikirkan oleh Anda bagaimana kalau Anda besok meninggal dunia? Tidak! Yang terpikirkan oleh mang Ucup adalah bagaimana saya bisa menikmati hari weekend dan liburan Lebaran yang akan datang ini, bagaimana saya bisa menikmati hasil pensiun saya dihari tua? Bagaimana saya mempersiapkan diri setelah masa studi saya, masa lajang saya dst-nya, tetapi enggak pernah kepikir tuh mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian.

Walaupun kita semuanya sadar bahwa hidup ini hanya untuk sesaat waktu saja, tetapi kita fokuskan seluruh energi/waktu/uang/keluarga hanya untuk mempersiapkan kehidupan dihari esok, lihat saja kita sekolah bertahun-tahun untuk mempersiapkan kehidupan dihari esok, begitu juga kita menabung untuk kehidupan di hari esok. Tetapi tanyalah sama diri sendiri, kapan kita mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian? Adakah pelajaran atau sekolah untuk menghadapi atau mempersiapkan kematian? Atau kuliah untuk bisa meraih gelar Dr Koit !

Bahkan Alkitab sekalipun isinya 99% hanya untuk memberikan bimbingan bagaimana kita menjalani hidup di dunia ini. Jadi bukan bagaimana caranya nanti kita menjalani kehidupan surgawi kita.

Tanpa diduga dan tidak bisa diramalkan, suka atau tidak, kematian "PASTI" akan datang menjemput saya maupun Anda, tetapi persiapan apa yang sudah kita lakukan untuk menghadapi hari kematian kita?

Pada saat kematian tiba, kita tidak perlu packing koper, karena kita datang telanjang, maka pulangpun telanjang pula tanpa koper ataupun tas kerecek. Kita tidak perlu pamitan dengan siapapun juga. Entah tugas kita selesai atau tidak selesai, tanpa bisa ditawar lagi kita harus berangkat pada saat itu juga. Hari kematian kita tidak bisa ditawar barang satu detik pun juga.

Banyak orang berduka dan menangis, apabila melihat mayat yang terbujur kaku, karena hal yang sama pasti akan ia alami juga, hanya kita tidak tahu waktunya saja kapan?

Hal ini yang mengakibatkan banyak orang menilai bahwa kematian itu adalah sesuatu hal yang negativ, kalau tidak demikian kenapa harus ke Dr untuk memperpanjang hidup. Untuk itu; kita manusia mencari jalan agar dapat menetralisir pandangan yang negativ ini untuk dirobah menjadi positiv melalui "Agama" dan segala iming-iming sorgawi.

Oleh sebab itulah mang Ucup menilai agama itu entah agama apapun juga, sebenarnya hanya sekedar merupakan obat pembius otak, atau senjata agar dinamika akal kita bisa "menangkap" arti kematian manusia secara positif.

Renungkanlah segala sesuatu yang anda dapat lakukan saat ini: anda dapat mengedipkan mata anda, menggerakkan badan anda, berbicara, tertawa; semua ini merupakan fungsi tubuh anda. Sekarang renungkan bagaimana keadaan dan bentuk tubuh anda setelah anda mati nanti.

Satu detik setelah anda mati, anda tidak ada apa-apanya lagi selain "seonggok daging". Tubuh anda yang diam dan terbujur kaku, akan dibawa ke kamar mayat. Di sana, ia akan dimandikan untuk yang terakhir kalinya. Segera setelah anda dimakamkan, maka bakteri-bakteri dan serangga-serangga berkembang biak pada mayat tersebut, sehingga akhirnya "onggokkan daging dan tulang" yang tadinya dapat dikenali; mengalami akhir yang menjijikkan.

Ketika kematian dialami oleh seorang manusia, semua "kenyataan" dalam hidup tiba-tiba lenyap. Tidak ada lagi kenangan akan "hari-hari indah" di dunia ini.

Mang, manusia kan punya jiwa ? Kemana tuh nanti perginya roh/jiwa itu ? Apakah keberadaan roh/jiwa itu bisa dibutikan secara ilmiah ? Ingin tahu jawabannya mengenai jiwa dan roh berdasarkan penelitian ilmiah jadi bukan hanya sekedar dongeng dari buku agama, baca sambungannya !

Mang ucup
Email: mang.ucup@gmail.com
Homepage: www.mangucup.net

Selanjutnya......

Satu Detik setelah Loe Koit !

Bukan artikel rohani ! Kewajiban setiap manusia di dunia ini entah ia itu wong Tionghoa, wong Londo, wong Indo semuanya harus koit ! Saya menyadari bahwa generasi mang Ucup adalah generasi kloter berikutnya yang akan yang akan mendapatkan "last call for departure".

Pokoknya rekan-rekan ato para pembaca yang usianya udah diatas GOcap-GO, harus siap-siap lah untuk dipanggil, bahwa tidak lama lagi "Loe kudu GO to heaven" or to Hell pulang kampuang begitu. Hanya orang-orang belegug ato dalam bahasa Inggrisnya GO-Block azah yang tidak mau membuat persiapan dari sekarang.

Tiap orang udah nyaho, bahwa mereka itu harus kojor, tetapi sangat jarang sekali yang mo mikirin, seakan-akan mereka itu bisa hidup kekal didunia ini seperti juga Highlander. Apabila kita akan berangkat pergi liburan tentu kita ingin mengetahui tempat yang akan kita tuju, tetapi pernahkah Anda ingin mengetahui "What next?" setelah kematian itu datang!

Apa yang akan terjadi "One second after you die" – "Satu detik setelah Loe koit!"
Orang-orang disekitar saya memiliki tiga pandangan mengenai kematian itu:
- berakhir s/d disini saja alias jadi seongok debu ato abu
- dilahirkan kembali entah jadi kecoak, cacing ato manusia ato jadi buaya
- melanjutkan kehidupan ini dengan tubuh baru yang kekal dan abadi

Yang sudah pasti setelah si Ucp mampus! Manusia yang namanya Ucup itu udah di setip alias dibusek di dunia ini dan digantikan dengan nama Ucup Almarhum. Semua kewajiban duniawi, mulai dari utang yang berjibun s/d segala macam kontrak perjanjian pun akan berakhir dengan sendirinya, begitu juga dengan kontrak perkawinan kita. Hal positiv lainnya ialah semua rasa nyeri, rasa takut, maupun penderitaan duniawi kita pun akan berakhir, jadi benar-benar bebas tulen!

Sedangkan dari sisi negativ nya apa saja yang menjadi miliki kita di dunia ini, akan hilang pada saat itu juga, entah ini mobil Jaguar, uang simpanan di Swis Bank, istri simpanan di Jkt, gelar, jabatan maupun kekuasaan akan menguap dalam sedetik setelah si Ucup koit. Begitu juga dengan tubuh jasmani, kita tidak akan bisa balik kembali ketubuh itu lagi, karena ini sdh bukan menjadi milik kita lagi, bahkan kita sdh kehilangan kontrol terhadap diri kita sendiri.

Sejak si Ucup mati, maka ia sdh akan tidak berfungsi lagi, sama seperti juga robot yang kehabisan baterie. Yang ada hanya seongok daging yang tidak lama lagi akan menjadi busuk ato jadi abu! Setelah Loe mati, Loe akan kehilangan semua hak yang Loe miliki, kita tidak memiliki hak kebebasan untuk memilih ataupun menentukan ini ato itu lagi, it is over my friend!

Ada dua macam tipe manusia di dunia ini, yang satu emoh ato enggan pulang kampuang, dengan alasan karena anak-anaknya masih kecil lah, ato merasa tugas ini ato itu belum selesai, tetapi ini semuanya hanya sekedar alasan monafik, alasan yang sebenarnya sih "Gue masih belum puas merengguk kehidupan di dunia ini, sehingga Gue masih betah di dunia yang pabaliut ini, walaupun banyak orang kere, sengsara dan menderita sekalipun, itu kan bukan urusan Owe, yang penting Gw bisa hidup sehat, makan enak dan hidup enak, yang lain sih masa bodo, so what gitu loh!"

Sedang manusia tipe lainnya ingin buruan pulang, karena mereka udah nyaho bahwa masa hidupnya udah di itung oleh kalkulatornya sang Dr, ato penderitaan yang datang tak ada abis2nya, ato rasa nyeri yang tak kujung berakhir. Tetapi yang menjadi masalah adalah what next? Satu detik setelah Loe koit! Apakah api neraka yang udah nunggu Loe disono? Ato pager betis yang terdiri dari malaikat2 yang geulis dan bahenol sedang menunggu kita?

Hal inilah yang membuat orang jadi takut kojor dan bimbang untuk memilih hidup atau kematian, ketika Hamlet dalam drama Shakespeare mau bunuh diri ia merenung dalam2 dan berkata:
"To be or not to be: that is the question"

Whether 'tis nobler in the mind to suffer
the slings and arrows of outrageous fortune,
or to take arms against a sea of troubles, and by opposing end them?
To die: To sleep; no more; ….
: (Shakespeare, Hamlet, Act III, Scene I)

Manakah yang lebih luhur, menerima dengan rela panah atau batu pelontar nasib buruk yang ganas, ataukah menempuh lautan bencana menentangnya serta mengakhirinya? Mati – tidur – tak lebih.

Hamlet bersedia untuk melakukan bunuh diri karena menurut dia ini akan bisa membebaskan dia dari lautan bencana, tetapi dilain pihak ia khawatir akan kerajaan maut, dari mana musafir tak pernah kembali dengan selamat. Hal inilah yang membuat dia jadi bingung dan lieur!

Lucu bin nyata, sebenarnya di dunia ini tidak ada manusia hidup satupun juga, yang pernah mengadakan tour ke dunia orang mati, tetapi anehnya kok buaaa…anyak sekali travel office yang menawarkan tour ke sorga indah. Para calo-calo Firman itu begitu pinternya menjual angin sorga sehingga banyak sekali manusia yang tergiur, sehingga mereka bersedia untuk membayar uang dimuka untuk mendapatkan ticket ke sorga indah ini. Ingin nyaho dongeng lanjutannya baca oret-oretan liuer nya mang Ucup esok.

Mang Ucup
Email: mang.ucup@gmail.com
Homepage: www.mangucup.net

Selanjutnya......

Sergey dan Larry, Tokoh di Balik "Google"

Oleh Simon Saragih
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0710/04/Sosok/3886847.htm
======================

Angkat topilah kepada Sergey Brin dan Larry (Lawrence) Page. Hanya dalam waktu 10 tahun lebih, mereka berhasil menempati posisi 10 besar warga terkaya di AS. Dari generasi orangtua yang relatif biasa, dua anak muda brilian ini menjadi bahan pembicaraan dan dianggap fenomenal.

Jangan salut pada kekayaan mereka, tetapi pada falsafah hidup dan niat mereka seperti googol; julukan bagi 100 angka nol di belakang angka 1 (satu). Ya, Google berasal dari kata googol yang diplesetkan.

Di situs milik majalah Moment, Mark Malseed menyebutkan dua orang ini bersahaja, pria baik-baik, dan tak terlena oleh kemewahan. Sergey (34) tak pernah bisa melihat makanan tersisa di piring. Demikian pula Larry (34), ia tak silau dengan atribut kemewahan, walau mereka kini memiliki pesawat pribadi Boeing 767 yang disulap menjadi rumah mewah untuk perjalanan mereka.

Google Inc berkantor di Googleplex, di selatan San Fransisco Bay. Majalah Fortune pernah menjuluki Googleplex sebagai tempat bekerja terbaik di AS pada tahun 2007. Suasana kekeluargaan, makanan gratis tiga kali sehari, lokasi perawatan bayi bagi ibu muda, serta kursi pijat elektronis pun tersedia.

Kedua orang ini bertemu ketika sama-sama belajar teknik komputer di Stanford University tahun 1995. Pertemuan itu ditandai dengan perdebatan, tetapi mereka tetap menjalin kontak dan terus saling beradu argumentasi.

Keduanya lalu mendirikan sergeyandlarry—proyek yang kemudian melahirkan Google, dimulai dari sebuah garasi di Menlo Park, California, milik Susan Wojcicki, yang kini menjadi Wakil Presiden Manajemen Produk Google. Susan adalah kakak Anne Wojcicki, istri Larry.

Situs ini khusus mendalami pencarian informasi hasil-hasil riset yang sudah dituangkan internet. Idenya sederhana. Di dunia akademis, Anda akan dianggap berkualitas dan makalah Anda lebih bernilai, jika semakin banyak mengutip hasil-hasil riset hebat.

Akan tetapi, butuh 5.700 tahun mencari informasi pada tiga miliar halaman Google yang ada sekarang. Pertanyaan mereka adalah bagaimana mendapatkan informasi itu dalam hitungan detik dengan hanya membuka satu situs bank data?

You Google it! (Anda cari saja di Google), demikian majalah Forbes pada edisi 26 Mei 2003, menceritakan sukses dari jerih payah duet ini.

Sebelum Google muncul, mencari informasi yang relevan di internet sama seperti berjalan pada malam gelap. Tahun 1998 Google.com muncul dan kini dianggap sebagai mesin pencari terbaik di dunia. Google menenggelamkan pamor Overture, LookSmart, InfoSpace, FindWhat dan Ask Jeeves.

Namun, jalan mereka menuju sukses tak mudah. Untuk mewujudkan Google, mereka harus meninggalkan kuliah pada program doktor komputer di Stanford. "Saya kecewa. Bukankah mahasiswa meraih gelar doktor lebih dulu baru bekerja?" demikian Genia Brin, ibu Larry.

Namun, Sergey dan Larry sangat yakin, ide mereka berguna bagi banyak orang dan bisa membuat orang menemukan apa saja yang diinginkan lewat internet. Sergey dan Larry terus berkutat mewujudkan ide mereka. Larry bahkan disebut sebagai "beragamakan" teknologi, saking seriusnya dengan riset teknologi komputer. Sergey, si anak rumahan, memilih bekerja terus.

Keluarga intelektual

Lingkungan kedua orang ini adalah orang-orang intelek. Ayah Sergey, Michael Brin, adalah doktor matematika lulusan Universitas Moskwa, Rusia. Kakeknya juga doktor matematika. Namun, diskriminasi dan impitan karier terhadap etnis Yahudi di Rusia membuat Michael Brin memilih keluar dari Moskwa tahun 1979. Ibu Sergei, Genia, periset di Badan Luar Angkasa Amerika Serikat NASA.

Larry adalah putra Carl Victor Page (almarhum), doktor komputer pertama AS dari University of Michigan dan profesor teknologi komputer di Michigan State University. Ibu Larry, Gloria Page, pengajar program komputer.

Adik Larry, Carl Victor Page Junior, pendiri eGroups yang sudah dijual ke Yahoo! sekitar 500.000 dollar AS.

Setelah mantap dengan temuan itu, keduanya melakukan demo singkat di depan Andy Bechtolsheim dari Sun Microsystems. Andy, imigran asal Jerman memberi cek 100.000 dollar kepada "Google Inc". Sebelumnya, Sergey sempat ditolak masuk Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan Larry tertatih-tatih mencari donatur.

Pada akhir tahun 1990-an, tak ada yang peduli dengan mesin pencari (search engine) di tengah hadirnya American Online (AOL) dan Yahoo!, yang sudah meraup untung besar dengan menawarkan produk e-mail, berita, ramalan cuaca, dan sebagainya.

Namun, Sun Microsystems telah memberi mereka ruang gerak. Mereka terus mendalami produk pencari informasi, dengan melakukan segala modifikasi dan inovasi produk dari waktu ke waktu.

Belum sukses menjadi situs pencetak uang, tak membuat mereka mundur. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, Google sudah banyak dijelajahi orang. Kini, sekitar 300 juta orang membuka Google setiap hari. Setidaknya Google bisa diakses dalam 88 bahasa, termasuk google basa jawa (berbahasa Jawa).

Sebelum sesukses sekarang, mereka membuat situs yang menghindari pop-up (muncul situs lain yang tidak Anda inginkan pada saat Anda mencari satu informasi di internet). Muncul pula Google Bar yang membuat Anda bisa mengakses informasi, walau sedang membuka situs lain karena Google otomatis tampil di situ.

Google lalu ditawari AOL iklan senilai satu miliar dollar AS atas kesediaan Google menampilkan iklan pada lembaran komputer, seiring dengan tampilnya informasi yang Anda cari di Google.

Wall Street, bursa saham AS, kemudian berebutan atas saham Google, yang kini di atas 500 dollar AS per lembar. GoogleWords, Google’sAdsense, membuat Google menjadi situs utama bagi perusahaan pemasang iklan.

Google adalah perusahaan fenomenal yang tidak pernah dibayangkan oleh warga AS sekalipun. "Menjadi yang terbaik tidak menjadikan kami terlena. Itu malah tantangan," kata Larry, Presiden Produk Google.

"Kesederhanaan (simplicity) web adalah yang disukai penjelajah internet. Kami ingin menawarkan web yang tidak saja ingin mencari informasi, tetapi web yang menyenangkan," kata Sergey, Presiden Teknologi Google.


Bagaimana mereka bisa sukses? "Cerita orangtua soal Rusia, dan pengalaman masa kecil saya yang selalu takut menghadapi otoritas di Rusia. Juga kesediaan ayah saya mengambil risiko hijrah ke AS telah membuat saya memberontak," ujar Sergey melukiskan niatnya untuk menghapus kekecewaan sang ayah soal Rusia.

Suatu saat, di samping ayahnya, Sergey berujar, "Terima kasih, Pak, telah membawa saya ke AS."

Michael, ayah Sergey, merendah. "Ide kewirausahaan Sergey pasti tidak datang dari latar belakang kehidupan keluarga. Akan tetapi, saya bangga, tak pernah menyangka dia akan seperti ini," kata Michael.

Namun, sukses bisnis Google juga dipoles setelah Sergey dan Larry menyewa Eric E Schmidt, mantan karyawan Sun Microsystems. Di balik sukses inovasi Google juga ada sekian banyak doktor matematika dengan lulusan terbaik.

BIODATA

Nama: Lawrence (Larry) Page
Lahir: Lansing, Michigan, AS, 26 Maret 1973
Status: Pendiri dan menjabat sebagai Presiden Produk-produk Google Inc
Kekayaan bersih: 18,5 miliar dollar AS (2007), nomor lima terkaya di AS bersama Sergey berdasarkan majalah Forbes, Maret 2007
Sekolah: SD, SMP Montessori, Lansing, Michigan. SMA dari East Lansing. Sarjana Muda dari University of Michigan bidang teknik komputer, gelar master dari Stanford University
Penghargaan: Global Leader for Tomorrow dari The World Economic Forum

Nama: Sergey Brin
Lahir: Moskwa, Rusia, 21 Agustus 1973. Pada 1979 keluarganya bermigrasi ke Maryland, AS
Sekolah: SD, SMP di Paint Branch Montessori School, Adelphi, Maryland. SMA di Eleanor Roosevelt, gelar master dari University of Maryland, bidang matematika. Dia mendapat beasiswa dari National Science Foundation untuk belajar di Stanford University, bidang komputer. Sama seperti Larry, ia meninggalkan program doktor untuk mendalami Google
Penghargaan: Januari 2005 ia bersama Larry Page dinominasikan sebagai Young Global Leaders oleh World Economic Forum. Tahun 2007 ia dinyatakan sebagai nomor satu dari 50 orang terpenting di web
Istri: Anne Wojcicki, menikah di Bahamas, 2007

Selanjutnya......

"Biip... Biip... Biip..." dan Mulailah Abad Ruang Angkasa

Oleh NINOK LEKSONO
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0710/04/utama/3890820.htm
==================

Sputnik 1, satelit buatan pertama yang diluncurkan pada pukul 01.28, 5 Oktober 1957 dari Kosmodrom Baikonur di Kazakhstan, hanya benda berbentuk bola dengan garis tengah sekitar 60 sentimeter.

Satelit tersebut untuk ukuran sekarang amat primitif. Ada banyak mahasiswa yang secara rutin membuat dan meluncurkan wahana angkasa yang jauh lebih canggih. Namun, arti Sputnik melewati sosok dan misinya yang sederhana. Sputnik bahkan melewati geopolitik yang ada pada waktu itu. Sputnik, demikian tulis Anthony Velocci (Aviation Week & Space Technology, 19-26 Maret 2007), meluncurkan abad ruang angkasa dan membawa manusia ke arah baru eksplorasi ilmiah baru dan penemuan kosmos.

Ketika roket R-7, yang juga berperan sebagai roket balistik antarbenua (ICBM), mendorong Sputnik untuk menaklukkan gravitasi Bumi, terus menanjak ke atas atmosfer, dan akhirnya tiba di orbit, tembuslah gerbang menuju ke dimensi baru pengalaman manusia. Orang, tulis John Noble Wilford (IHT, 26/9), kini bisa melihat kaumnya sebagai pengelana antariksa. Mobilitas lebih tinggi tersebut diharapkan akan bisa membebaskan, seperti halnya langkah tegak nenek moyang manusia pertama pada masa lalu.

Namun, reaksi pertama yang muncul justru mencerminkan kekhawatiran dunia yang pada saat itu sedang berada di pusaran Perang Dingin. Sputnik serta-merta mengubah ciri dan lingkup Perang Dingin.

Kembali ke sosoknya, orang wajar tak habis pikir, bagaimana bola seberat 83 kilogram dengan permukaan terbuat dari aluminium mengilat ini bisa menimbulkan efek yang demikian dahsyat. Sputnik alat sederhana, ia dilengkapi dua pemancar radio dengan antena mencuat yang memancarkan sinyal pada frekuensi yang bisa ditangkap oleh ilmuwan dan operator radio serta dengan itu meneguhkan prestasi yang dicapai.

Kuat dugaan bahwa Rusia menginginkan Sputnik sebagai pernyataan akan kehebatan teknologinya dan seiring dengan itu juga mengingatkan pihak lain akan implikasi militer kemampuan tersebut. Yang menarik, pihak Rusia sendiri tampaknya juga tidak menyangka bahwa Sputnik akan menimbulkan kepanikan luar biasa di AS. Ibaratnya, tidak ada peristiwa semenjak serangan Jepang ke Pearl Harbor yang menimbulkan reaksi seperti Sputnik. Demikian ujar Walter McDougall, sejarawan di Universitas Pennsylvania.

Krisis kepercayaan

Suara "biip... biip... biip..." Sputnik ternyata bisa membuat kebanggaan dan kepercayaan diri bangsa Amerika runtuh. Apakah kemakmuran telah membuat Amerika jadi lembek? Apakah sistem pendidikan tidak memadai, khususnya dalam mendidik ilmuwan dan insinyur? Apakah institusi demokrasi liberal tidak bisa mengimbangi masyarakat Komunis yang otoriter? Itulah sederet pertanyaan yang sempat muncul. Yang dianggap lebih menyakitkan, bangsa Amerika menganggap teknologi yang digunakan pada Sputnik sesungguhnya lebih merupakan keunggulan mereka?

Guncangan akibat Sputnik 1 belum usai, Uni Soviet meluncurkan Sputnik 2 pada 3 November 1957. Peluncuran kali ini dengan membawa seekor anjing bernama Laika, makhluk hidup pertama di angkasa, sambil memperingati Ulang Tahun Ke-40 Revolusi Bolshevik.

Ringkas kata, dengan peluncuran dua Sputnik, bangsa Amerika merasa telah dikalahkan dalam "lomba ruang angkasa". Amerika lalu berpaling kepada Eisenhower yang sudah mereka anggap sebagai bapak bangsa untuk tampil sebagai pemimpin. Sayangnya, Eisenhower yang menang meyakinkan untuk jabatan kedua tahun 1956 justru merupakan satu dari sedikit orang Amerika yang tidak panik atas sukses Sputnik. (Cold War, Jeremy Isaacs & Taylor Downing, 1998).

Namun, AS terbukti tidak runtuh sepenuhnya walaupun upaya untuk "menebus kekalahan" tidak mulus. Dua bulan setelah peluncuran Sputnik, AS–yang juga memiliki sejumlah program rudal balistik–mencoba membalas. Pada 6 Desember 1957, dengan disaksikan banyak orang di Tanjung Canaveral, Florida, roket Vanguard siap meluncur dengan mengangkut satelit mungil dengan berat kurang dari 2 kilogram. Namun, roket hanya naik sampai 0,5 meter, lalu merosot, dan meledak. Bangsa pun malu berat. Koran Daily Herald di Inggris mengolok-olok "Oh, What A Flopnik!", meminjam akhiran Sputnik, tetapi kali ini untuk yang gagal.

Dengan itu, AS bukan hanya merasa gagal dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi sekaligus merasa begitu terancamnya secara militer. Harian The Washington Post menulis, "AS dalam posisi paling gawat dalam sejarahnya", dan Amerika kini menjadi "kekuatan kelas dua".

Reaksi positif

Gagal dengan Vanguard, AS melanjutkan upaya menebus kekalahan dengan lebih sistematik. Departemen Pertahanan mempercepat program pengembangan rudal. Kongres membentuk Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA). AS sendiri terus menggemakan isu "kesenjangan rudal", yang lalu dibawa dalam kampanye pemilihan presiden. Isu ini pula yang diyakini ikut berperan dalam kemenangan tipis John F Kennedy. Namun, tidak lama setelah ia jadi presiden, Rusia masih membukukan prestasi gemilang. Pada April 1961 Yuri Gagarin diluncurkan ke orbit, menjadikannya manusia pertama yang mengorbit Bumi.

Setelah konsultasi selama beberapa minggu, Kennedy berpidato di depan Kongres dan mencanangkan bahwa sebelum berakhirnya dekade (1960-an) bangsa Amerika harus sudah menapakkan kaki di Bulan dan kembali ke Bumi dengan selamat.

Prelude bagi pencapaian besar dimulai ketika Apollo 8 berhasil mengitari Bulan sebanyak 10 kali pada Desember 1968. Para astronotnya untuk pertama kali melihat bulatan Bumi berwarna kebiruan dengan lilitan awan putih dari jendela kapsul. Akhirnya tiba puncak bersejarah itu, ketika pada 20 Juli 1969, Neil Armstrong menjejakkan kakinya di permukaan Bulan, lalu membuat "langkah kecil bagi manusia, tetapi lompatan raksasa bagi kemanusiaan".

Apollo 11 membuat AS seperti membayar tunai utang dalam lomba ruang angkasa dengan Uni Soviet. Program Apollo total mendaratkan 10 astronot Amerika di Bulan dan setelah Apollo 17 pada tahun 1972, tidak ada lagi manusia yang pergi ke Bulan.

Namun, baik Amerika maupun Rusia tetap mengirimkan wahana antariksa, dan juga antariksawan ke ruang angkasa, meski dengan laju lebih lambat. AS mencurahkan sebagian besar dananya untuk mewujudkan program ulang alik, program yang di antara suksesnya meninggalkan goresan mendalam dengan meledaknya pesawat Challenger, 28 Januari 1986, dan berikutnya Columbia pada 1 Februari 2003.

"The last frontier"

Sputnik dipandang dari sisi lain telah memicu manusia untuk segera merambah ruang angkasa, wilayah yang kemudian disebut sebagai perbatasan terakhir (the last frontier), setelah darat, laut, dan udara.

Pada satu sisi, perjalanan angkasa tampak sudah jadi hal rutin, lebih-lebih dengan adanya program Stasiun Ruang Angkasa Internasional (ISS). Bahkan, di luar program negara, kini juga telah berkembang turisme angkasa, setelah Rusia membuka peluang bagi mereka yang siap membayar ongkos 20 juta dollar AS, atau sekitar Rp 180 miliar. Selain itu, ada juga perusahaan swasta yang menyiapkan wisata angkasa, seperti Virgin Galactic yang dimotori oleh pengusaha Richard Branson dan Burt Rutan yang sudah berhasil mengembangkan wahana SpaceShip One. Perusahaan riset Futron memperkirakan pada tahun 2021 akan ada 14.000 turis angkasa setahunnya, memunculkan pendapatan sebesar 700 juta dollar AS (Tourists Race for Space, and Investors are Ready, IHT, 17/9).

Dalam perkembangan berikut, bukan hanya Rusia dan AS yang mendominasi ruang angkasa. China, yang setelah berhasil meluncurkan antariksawannya—Yang Liwei—dengan wahana Shenzou 5, 15 Oktober 2003, kini mempersiapkan stasiun ruang angkasa.

Eksploitasi ruang angkasa juga dilakukan oleh Eropa (dengan Perancis sebagai motor utamanya), yang kini sukses mengomersialkan roket Ariane-nya, lalu juga India yang banyak menggunakan satelit untuk memacu program pendidikan. Di luar itu masih ada Jepang, yang 13 September lalu meluncurkan wahana Kaguya untuk meneliti Bulan. Negara lain seperti Kanada memang tidak membuat roket, tetapi termasuk pionir dalam satelit dan kontributor penting dalam program ulang alik AS melalui lengan robotik Canadarm. Israel bisa ditambahkan di sini karena sejak tahun 1988 telah menggunakan roket Shavit untuk mengorbitkan satelit mata-mata militer.

Kini, di tengah makin sumpeknya Bumi karena pemanasan global dan polusi, bangsa maju melihat ruang angkasa sebagai alternatif hunian. Tak heran bila futuris melihat koloni ruang angkasa sebagai gelombang peradaban berikut.

Untuk semua itu, "biip... biip... biip..." Sputnik besar pengaruhnya.

Selanjutnya......

Wednesday, October 3, 2007

Pancasila "ICA"

Oleh BUDIARTO SHAMBAZY
http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0710/02/utama/3868127.htm
=====================

Istilah "republik hamil tua" menunjukkan ketegangan dalam hubungan PKI-TNI AD-BK (Bung Karno). PKI merasa makin berkuasa, membuat khawatir TNI AD dan kekuatan antikomunis lainnya.

BK yang utopis ingin "berdiri di atas semua golongan" melalui Nasakom. Ia kerap menyebut dua putra mahkota: Menpangad A Yani dan Ketua Umum PKI DN Aidit.

Mengapa BK di saat-saat akhir lebih condong pada PKI? Fakta menunjukkan ia penemu Marhaenisme sebagai Marxisme Indonesia.

Tradisi Marxisme berurat akar dalam pergerakan nasional sejak era radikalisasi SI (Sarekat Islam) tahun 1917. PKI sudah memberontak terhadap Belanda di Silungkang tahun 1927.

Tokoh-tokoh komunis/sosialis ikut berjuang melawan Belanda sejak era SI sampai Proklamasi 1945. Ada Semaun Prawiroatmodjo, Muso, Tan Malaka, Amir Syarifuddin, sampai Sutan Sjahrir.

Seperti tangan, ada yang "kiri" dan ada yang "kanan". Kalangan kanan menganggap PKI berkhianat sejak pemberontakan Madiun tahun 1948.

Pertentangan ideologis domestik itu proxy war antara Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet sejak Revolusi Rusia 1917. RI terjebak Perang Dingin sampai BK menggagas Konferensi Asia-Afrika (KAA).

BK dalam periode 1955-1965 lelah mengurusi bangsa ini. Ia mencoba berbagai resep konsensus nasional, termasuk Konsepsi, Dekret Presiden 5 Juli 1959, Manipol-Usdek, Nasakom, dan sebagainya.

Ia diganggu subversi AS, ditarik ke pusar persaingan Soviet-China, dan memperjuangkan Conefo. Ia diganduli pemberontakan PRRI/Permesta, operasi pembebasan Irian Barat, dan Konfrontasi.

Sebagai negara besar dan strategis, RI jadi ajang pertempuran antarintelijen. Yang ikut bermain tak cuma CIA, tetapi juga dinas intelijen Barat, komunis, Jepang, bahkan Malaysia dan Singapura.

Sejak 1960 fitnah yang diembuskan dinas-dinas intelijen jadi santapan harian. Soal kudetalah, Dewan Jenderal-lah, dan, yang teramat menarik, fitnah BK sakit keras.

Wajar setiap tokoh, parpol, dan kekuatan politik ambil ancang-ancang seandainya BK tutup usia. Wajar juga konflik PKI-TNI AD makin memanas.

Sampai kini Gerakan 30 September (G30S) sebuah enigma yang misterius. Namun, konstelasi politik berubah total akibat dari G30S yang berlangsung hanya dalam hitungan jam.

G30S peristiwa yang terpisah dengan pembunuhan massal warga tak bersalah, apalagi dengan penangkapan tanpa prosedur hukum. Hak-hak, harta benda, dan martabat para korban dilenyapkan, dicuri, dan diinjak-injak.

Amok terhadap saudara sebangsa itu ditanggapi kemarahan pemerintah, pers, dan masyarakat AS dan negara-negara Barat. Mereka makin geleng-geleng kepala melihat perlakuan terhadap tapol di Pulau Buru.

Itu sebabnya, Presiden AS Jimmy Carter ogah ke sini. Ratu Elizabeth turun tangan agar eksekusi mati terhadap mantan Menlu Soebandrio dibatalkan.

G30S melahirkan Orde Baru yang mengintroduksi budaya keras. Sikap enggan bertanggung jawab pemerintah tercermin dari kebiasaan mengoknumkan atau mengambinghitamkan siapa saja.

Selain oknum dan kambing hitam, masih ada "ekstrem kanan", "ekstrem kiri", bahkan "OTB" (organisasi tanpa bentuk). Jika sudah kepépét, masih ada "sisa-sisa PKI" atau "PKI Gaya Baru".

Budaya keras lainnya bersiasat meletuskan kerusuhan dalam persaingan kekuasaan. Ada peristiwa Bandung ’73, Malari ’74, Lapangan Banteng ’82, Tanjung Priok ’84, "Petrus", 27 Juli ’96, Kerusuhan Mei ’98, atau Tragedi Semanggi I ’98/Semanggi II ’99.

Dan, seperti biasa, tak ada tersangka karena semua merasa above the law. Anda dengan mudah menemukan mereka yang above the law cukup dengan mengikuti pemberitaan seharihari.

Kesimpulannya, Orde Baru tak lebih baik daripada Orde Lama. Mereka penelikung sejati yang bertahan hidup di atas bahasa politik eufimistis.

Kenaikan harga dipelésétkan jadi "penyesuaian harga", warga miskin menjadi "prasejahtera", atau penyebab banjir sebagai bencana buatan manusia adalah "fenomena alam".

Saya senang dengan sebuah perumpamaan bahasa Inggris, "We’ve learnt that people don’t actually change very much". Oleh sebab itulah Orde Reformasi tak ubahnya "Orde Baru Baru".

Nyaris tak ada kultur yang berubah, hanya struktur yang berganti. Jika Orde Baru menerapkan demokrasi setengah hati, Orde Baru Baru mempraktikkan demokrasi setengah jadi.

Seperti biasa, 1 Oktober Pancasila kembali jadi korban. Telah lama Pancasila jadi status simbol seperti benda keramat, mobil SUV, ikan arwana, atau smartphone paling anyar.

Pelecehan terbesar terhadap Pancasila terjadi ketika Pak Harto bilang menyerang dia sama dengan menyerang Pancasila. Raja Perancis Louis XIV bilang "l’etat c’est moi" (saya adalah pemerintah).

Pancasila dimanfaatkan cuma sebagai gaya-gaya’an doang. Kini marak lagi gaya usang "awas bahaya komunisme" sebagai musuh Kesaktian Pancasila.

Sejak lahir, Pancasila sudah sakti, kok. Musuh paling berbahaya bukan komunisme, tetapi diri sendiri.

Pancasila bukan saja sakti, tetapi lima kebajikan universal ala Indonesia. Tetapi, kesaktiannya makin pudar karena dukun sering memanggilnya kayak arwah gentayangan.

Kalau saja bisa berbicara, jika dipanggil dukun lagi Si Pancasila akan menjawab singkat, "ICA!" Artinya, "Ih, capé ah!"

BUDIARTO SHAMBAZY e-mail: bas2806@kompas.com

Selanjutnya......

Hidup di Era Perang Asimetrik

Oleh Ninok Leksono
http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0710/01/iptek/3884227.htm
==================

"Ancaman perang asimetrik (PA) tidak dapat dihadapi dengan cara
konvensional, apalagi pendekatan militer, karena PA apalagi yang
muncul dan berkembang dari dinamika politik, pada dasarnya harus
diatasi dengan pendekatan politik."

(Theo L Sambuaga, Ketua Komisi I DPR, 27 September 2007)

Perhatian terhadap perang asimetrik tampak nyata ketika pejuang Hizbullah dapat meladeni kekuatan militer Israel (Israel Defence Force) dalam perang yang terjadi di pertengahan tahun 2006 lalu. Hizbullah tidak hilang nyali meskipun Israel mengerahkan mesin perang supercanggih seperti F-16 Sufa. Andalan mereka hanya semangat tempur tinggi, roket Katyusha, dan kecerdikan cara menembakkan roket tersebut, yang sempat menimbulkan ketakutan di kalangan warga yang tinggal di wilayah utara Israel.

Namun, di luar wilayah konflik di Timur Tengah, sesungguhnya perang asimetrik dewasa ini tengah melanda dunia. Amerika Serikat pun dibuat pusing, dan negara seperti Indonesia pun tidak luput dari fenomena ini.

Memerhatikan perkembangan semacam itu, Dewan Riset Nasional (DRN) Kamis (27/9) lalu menyelenggarakan Seminar Terbatas Perang Asimetrik di Jakarta. Tampil sebagai pembicara adalah Ketua Komisi I DPR Theo Sambuaga, mantan Wakil KSAD Letjen (Purn) Kiki Syahnakri, Staf Ahli Menteri Ristek Richard Mengko, dan pengajar Kajian Strategik Intelijens UI T Saut Situmorang.

Kiki Syahnakri dan Richard Mengko menggarisbawahi pandangan DRN bahwa PA cenderung semakin banyak dipraktikkan dalam konflik militer maupun nonmiliter.

Seiring dengan perubahan bentuk peperangan atau cara suatu negara dalam upaya menguasai negara atau bangsa lain, maka spektrum PA bertambah luas.

Menurut Kiki, cara berperang dengan menggunakan senjata atau hard power kini dianggap tidak efisien. Sekadar contoh, sejak September 2001 AS sudah mengeluarkan 602 miliar dollar AS untuk perang Afganistan dan Irak, tetapi apa hasilnya?

Taliban masih eksis dan melawan dengan tangguh, sementara di Irak yang dicapai hanya penggulingan regim Saddam Hussein, tetapi kestabilan yang diharapkan tak kunjung muncul. Untuk tahun 2008, pemerintahan George W Bush masih akan minta anggaran 170 miliar dollar AS lagi untuk perang di kedua negara (Kompas, 28/9).

Kalau hard power jadi tidak efisien, maka soft power dinilai jauh lebih efisien. Di sini termasuk perang budaya, perang ekonomi dan finansial, juga perang informasi. Dengan corak baru ini, yang bertindak sebagai tentara bagi negara maju antara lain perusahaan multinasional dan organisasi nonpemerintah.

Perang asimetrik

Dalam pemahaman umum, PA semula dimaknai sebagai perang antara dua atau lebih kelompok yang kekuatannya berbeda besar. Dalam perkembangan lebih lanjut, pemikir militer masa kini memperluas definisi di atas dengan memasukkan aspek asimetrik dalam strategi dan taktik. Tidak jarang yang muncul di sini adalah strategi dan taktik perang nonkonvensional. Pihak yang lebih lemah berusaha menggunakan strategi untuk menutup kekurangan dalam hal jumlah maupun kualitas.

Richard Mengko mengutip bahwa konsep PA yang dipraktikkan di luar hukum-hukum perang lalu sering didefinisikan sebagai "terorisme".

Dalam konteks modern, PA sering dipandang sebagai komponen Perang Generasi Ke-4.

(Sekadar catatan, mengutip Greg Wilcox, analis militer AS, 2003, Perang Generasi Pertama bertepatan dengan era munculnya senapan dan tentara mulai memanfaatkannya untuk mendapatkan sarana tembak dalam jumlah besar. Perang Generasi Ke-2 bertepatan dengan era munculnya teknologi di Abad ke-19, seperti senapan mesin yang efeknya berlanjut hingga ke era Perang Dunia. Adapun Perang Generasi Ke-3 ditandai dengan motivasi ide sebagai penggeraknya, hingga kemudian sering disebut sebagai peperangan manuver, yang diperlihatkan oleh Jerman yang melancarkan perang kilat (blitzkrieg) semasa Perang Dunia II.

Perang Generasi Ke-4 oleh sejumlah analis sering disederhanakan sebagai terorisme. Ia melahirkan ancaman global, menerapkan organisasi sel dan kelompok aksi yang membangkitkan diri sendiri, acap dilandasi oleh keyakinan etnik, agama, moral, mengincar sasaran masyarakat atau ekonomi yang rawan.

Di sini dikenal pula sponsor negara (dalam hal dana, fasilitas, dan tempat perlindungan), pemanfaatan media untuk memengaruhi opini publik, memanfaatkan teror sebagai alat pilihan, dan punya akses terhadap persenjataan teknologi tinggi yang bisa diperoleh di pasaran.

Sementara itu, basis Perang Generasi Ke-4 bisa berupa nonnasional atau transnasional, seperti ideologi atau agama; melakukan serangan langsung terhadap kultur musuh, dan mampu melancarkan perang psikologis amat canggih, dalam hal ini melalui manipulasi media.

Peneliti Perang Generasi Ke-4 berkeyakinan bahwa tipe perang ini tidak akan menggantikan Perang Generasi Ke-3 dan Ke-2, tetapi akan berkoeksistensi. Berbeda dengan apa yang dipikirkan oleh ahli falsafah dan strategi perang Clausewitz, yang melihat perang sebagai benturan kebijakan dua negara, Perang Generasi Ke-4 (sering diringkaskan dengan 4GW) bisa diibaratkan petinju lawan infeksi virus.

Meskipun demikian, senjata dan taktik dalam 4GW tidak terbatas pada terorisme. Di Amerika Selatan sempat ditemukan kapal selam yang sedang dibangun oleh kelompok penyelundup obat bius. Jadi praktik 4GW bisa diibaratkan sebagai Fase III aksi gerilya Mao. Ketika musuh sudah sempoyongan, aksi bisa diteruskan dengan pemanfaatan sarana dan taktik konvensional untuk menghancurkan militer musuh yang tersisa.

Konteks Indonesia

Indonesia yang hidup di tengah dunia yang terus berubah sekarang ini juga terpapar pada ide dan potensi dampak PA dan 4GW. Situasi yang berkembang dewasa ini, juga perspektif sejarah yang memperlihatkan bahwa kekuatan lebih lemah bisa mengalahkan kekuatan lebih kuat, di satu sisi bisa melahirkan pandangan optimistik.

Tentang AS yang dibuat kerepotan oleh Vietkong di tahun 1960-an, atau oleh milisi Lebanon (1982), atau juga oleh jawara (warlord) Somalia (1992-1994), menjadi contoh- contoh historis. Tampak bahwa kekuatan raksasa bak Goliath dibuat tidak berdaya secara militer, atau bahkan secara politis kalah oleh lawan-lawan yang berukuran David (Jeffrey Record, Why The Strong Lose, Parameters, 2005).

Indonesia di lingkup regional juga secara militer berada dalam posisi asimetrik dibandingkan tetangga-tetangga dekatnya. Secara militer, bila ingin mengo- reksi keseimbangan, diperlukan kreativitas untuk menghadapi jet tempur atau kapal selam maju yang dimiliki tetangga.

Pada sisi sebaliknya, Indonesia dipandang terlalu kuat oleh pihak-pihak yang punya aspirasi lain, khususnya yang masih belum, atau tidak mau, menerima konsep NKRI dengan berbagai alasan. Atau, lebih spesifik lagi, seperti dikemukakan oleh Saut Situmorang, rakyat yang tertinggal dalam derap pembangunan, potensial untuk meletupkan PA.

Sebenarnya, insiden Cakalele di Ambon 29 Juni 2007 juga bisa disebut sebagai manifestasi PA. Selain menggarisbawahi pandangan bahwa PA memperlebar teater konflik, tidak saja militer tetapi juga seni-budaya; kejadian Cakalele juga memperlihatkan, bagaimana si lemah bisa membuat si kuat "kecolongan" dan menderita kerugian, dalam hal ini dalam soal citra politik.

Si Lemah lawan Si Kuat tak hanya diterapkan RMS di Ambon. Seperti dikemukakan oleh Theo Sambuaga, pemberontak Zapatista di Meksiko juga melancarkan perlawanan terhadap pemerintah yang sah dari pedalaman hutan rimba, sambil menggunakan laptop untuk menyusun strategi dan melancarkan propaganda.

Jelas bahwa sasaran dan medan PA dan 4GW tidak lagi terbatas pada perebutan wilayah, tetapi menjangkau ekonomi, kultur, media, komunikasi, psikologi massa, energi, dan sebagainya. Suasana PA dan 4GW demikian berbeda, di mana peperangan tidak ditandai dengan front jelas, kombatan tanpa uniform, dan sebenarnya berlangsung terus-menerus (kontinu), kata Richard Mengko.

Tanpa merujuk satu kasus spesifik, dengan melihat kondisi nasional yang belum kokoh, perpolitikan masih tinggi, sementara keadaan perikehidupan rakyat pada umumnya masih jauh dari sejahtera, potensi PA tampak riil di Indonesia. Potensi ini jauh lebih riil daripada potensi invasi oleh satu negara asing.

Selanjutnya......

Tuesday, October 2, 2007

Maaf Obralan !

Reputasi dan nama China sudah tercemar berat disektor manufaktur; terutama di negara barat. China dituduh menggunakan bahan murahan yang beracun (timah hitam) untuk memproduksi mainan dari Mattel Inc. Hal ini mengakibatkan semakin terpuruknya produk hasil buatan China dipasar dunia. Padahal pihak Mattel sang pemesan itu sendiri yang telah memberikan disain dan intruksi yang salah.

Hal ini juga yang menyebabkan satu rekanan Mattel di China bunuh diri. Atas kejadian ini pimpinan puncak Mattel mengajukan permohonan maaf kepada segenap warga China. Walaupun demikian renungkanlah oleh anda: "Apakah permohonan maaf ini bisa memperbaiki dan memulihkan kembali citra dan reputasi negara China yang telah terpuruk ?"

Menjelang hari raya Idulfitri, perkataan maaf akan menjadi komoditi obralan, tanpa harus mengucapkan ataupun merenungkannya, sebab semuanya sudah tercantum di berbagai macam iklan maupun kartu Lebaran. Bahkan pada saat menjelang hari raya perkataan "Maaf lahir batin" keluar nyerocos secara begitu saja, tanpa harus mikir pakai jidat. Hal ini kita ucapkan kepada siapa saja, kenal maupun tidak kenal, tidak ada bedanya dengan ucapan "Good Morning".

Dengan mudah kita minta maaf, seakan-akan setelah itu semuanya "HARUS" jadi putih bersih tanpa noda lagi. Pernahkah kita merenungkan dan berusaha untuk menghayatinya betapa penderitaan maupun sakitnya dari orang yang kita sakiti ? Berapa banyak air mata yang telah mereka keluarkan, sehingga mereka jadi stress dan luka batin karenanya ? Banyak dari mereka yang harus menderita berbulan-bulan, bahkan sampai jadi trauma dan sakit karenanya.

Apakah semuanya ini bisa dihapus dengan secara begitu saja; hanya dengan satu perkataan "Maaf" saja ? Apakah pikiran kita ini sama seperti File komputer hanya dengan satu perintah "Delete" saja; segera bisa dihapus hilang semuanya tanpa berbekas lagi ? So simple ya kedengarannya? Benar, it's not that easy, seperti yang pernah diungkapkan Duran-duran dalam sebuah lagunya; "The hardest thing is to let go"

Cobalah renungkan oleh anda: "Apakah perkataan maaf yang diucapkan pada saat hari raya itu benar-benar keluar dari hati ? Dan benar-benar dihayatinya terlebih dahulu sebelum mereka ucapkan ? Ataukah hanya sekedar `Njeplak basa-basi pemanis bibir saja, karena sudah merupakan tren kewajiban tradisi ? Maka wajarlah apabila timbul pemikiran; "Percumah deh memaafkan seseorang pada hari raya Idulfitri, sebab kata maaf tersebut toh hanya sekedar maaf obralan yang tidak mempunyai nilai sama sekali ! Enak aja, Gw yang disakiti selama bertahun-tahun, apakah harus dimaafkan secara begitu saja, hanya sekedar untuk memenuhi tradisi Lebaran, seperti juga pepatah panas setahun dihapus oleh hujan sehari !" Disinilah letak kesalahan pemikiran anda !

Keuntungan utama dari memaafkan, bukannya untuk orang yang bersalah kepada kita melainkan untuk diri kita sendiri. Melalui memaafkan kita dapat melepaskan seluruh beban sakit hati kita; maupun stress yang membebani dan menyiksa diri kita selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.

Dengan memaafkan hati dan pikiran kita bisa jadi langsung plong lepas dari segala beban sakit hati ini ! Tanya saja sama diri sendiri, apakah anda senang dengan adanya siksaan yang anda rasakan sampai dengan sekarang ini ? Tiap kali teringat akan kejadian tersebut sama seperti juga luka yang digarami dan diberikan cuka terus-menerus, sehingga dengan mana, luka batinnya akan terasa nyeri terus dan sampai kapanpun juga tidak akan bisa sembuh ! Obat mujarab dari luka batin yang benar-benar cespleng tulen hanya ada satu saja ialah: Memaafkan! Telah terbuktikan bahwa memaafkan itu baik bagi kesehatan. Oleh sebab itu juga perkataan maaf dalam bahasa Yunani = A mnestia (tidak mengingat) lagi.

Lucu tapi nyata, kita bersedia mengorbankan segala-galanya mulai dari waktu hingga uang untuk bisa sembuh, tetapi sakit batin kita; tetap kita pelihara. Disamping itu untuk bisa sembuh dari luka batin ini anda tidak perlu bayar; entah berupa uang maupun waktu, melainkan hanya dengan satu perkataan saja "Memaafkan" !

Forgiveness Is a Choice, memaafkan itu adalah pilihan yang hanya bisa ditentukan oleh Anda sendiri. Bagi mereka yang tidak bisa dan tidak mau memaafkan, maka mereka akan tersiksa, karena pikiran dan batinnya akan selalu kotor, disamping itu hubungan dengan yang bersalah pun akan selalu tetap buruk sehingga luka batinnya hingga kapan pun juga tidak akan mungkin bisa dipulihkan lagi.

Dengan memaafkan kesalahan orang lain langkah kita bisa jadi lebih ringan, enggak ada ganjalan, sehingga akan mempengaruhi wajah, tingkah laku, dan senyum manis kita yang akan membuat lingkungan kita terasa hangat.

Dengan memaafkan seseorang, berarti kita belajar mengadaptasi salah satu sifat utama dari Sang Pencipta ialah "Pemaaf". Kenapa pada hari raya Idulfitri, bagi umat Islam adalah hari yang tepat untuk mengajukan permohonan maaf ? Karena pada hari tersebut kebanyakan orang lebih toleransi dan juga lebih bersedia untuk membuka hati dan pintu maafnya. Kagak percaya cobalah !

Orang yang dapat memaafkan kesalahan seseorang adalah orang yang baik, sedangkan yang dapat memaafkan dan melupakan kesalahan seseoran adalah orang yang bijak, tetapi orang yang dapat memaafkan dan melupakan kesalahan seseorang „sebelumnya" orang tsb minta maaf adalah orang yang memiliki sifat illahi.

Mang Ucup
Email: mang.ucup@gmail.com
Homepage: www.mangucup.net

Selanjutnya......

Monday, October 1, 2007

Dua Versi Merdeka

Oleh Budiarto Shambazy
http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0709/29/utama/3868494.htm
====================

Semua peristiwa di negeri ini terdiri atas lebih dari sebuah versi. Toh, setiap peristiwa tak ubahnya sebuah lagu: ada versi rekaman, remix, live, dangdut, sampai akustik.

Suburnya multiple versions mencerminkan kehidupan masyarakat yang menderita penyakit kepribadian jamak atau multiple personalty disorder (MPD). Pemimpin, pemerintah, dan masyarakat gemar bersandiwara.

Contoh peristiwa dengan multiple versions adalah korupsi. Bagi masyarakat penderita MPD, korupsi itu relatif, multitafsir, dan enggak ada urusannya dengan "benar" atau "salah".

Masyarakat yang sehat percaya teori "korupsi mutlak diberantas tanpa pandang bulu". Namun, masyarakat penderita MPD percaya teori "korupsi diberantas setelah lihat-lihat kanan-kiri dulu".

Penangkapan anggota Komisi Yudisial (KY), Irawady Joenoes, terdiri dari tiga versi. Versi KPK bilang Irawady terima suap Rp 600 juta + 30.000 dollar AS dari pengusaha Freddy Santoso.

Versi Irawady bilang ia dapat tugas dari KY melakukan investigasi pengadaan tanah. Makanya ia punya surat tugas dan melaporkan hasil investigasinya saat itu juga lewat HP kepada Ketua KY Busyro Muqoddas.

Versi Busyro bilang surat tugas itu bersifat umum dan tak ada kaitannya dengan proses pengadaan tanah. Versi mana yang benar, wallahualam bisawab.

Proses penyidikan dugaan suap terhadap Jenderal (Purn) Hartono dan Letjen (Purn) TB Silalahi terkait korupsi di PT Asabri terdiri dari lima versi. Versi Kejaksaan Agung jelas, penyidikan atas mereka distop karena belum cukup bukti.

Versi Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto malah menyilakan Kejaksaan Agung memeriksa tanpa melalui pengadilan koneksitas. Versi Hartono bilang yang penting ia sudah mengembalikan rumah dari pengusaha Henry Leo.

Versi keluarga Silalahi lain lagi karena melibatkan dua orang bernama Silalahi. Menurut versi keluarga Silalahi, rumah di Ancol bukan atas nama TB Silalahi, tetapi atas nama putranya, PB Silalahi.

Nah, PB Silalahi mengaku "membeli" rumah itu dari Henry. Sebaliknya, versi Iyul Sulinah, istri Henry, mengatakan rumah itu "diberikan" (alias bukan "dijual") kepada PB Silalahi.

Masyarakat menderita MPD sejak pecahnya Gerakan 30 September (G30S) 1965. Soalnya, penyebab peristiwa terdiri dari aneka versi, mulai dari versi CIA, pakar Barat, PKI, China, Rusia, sampai Buku Putih.

Gara-gara G30S, para pejabat doyan "versi oknum". Ini versi yang sampai kini terlaku untuk dijual, termudah untuk cuci tangan, dan terpercaya untuk ngibul.

Beberapa hari lalu terjadi bentrok antara sejumlah personel TNI AD dan kepolisian di Ternate. Ini peristiwa yang sering terjadi dan memperparah penyakit MPD.

Aparat yang mestinya menjaga keamanan di Ternate malah tawuran, bukannya mewaspadai terorisme atau memberantas RMS. Padahal, aparat baru kecolongan "tarian cakalele".

Tak ayal lagi pejabat menyebut oknum sebagai penyebab bentrok. Salah satu dalil versi oknum menyebutkan, detail (nama, wajah, usia, jenis kelamin, atau pangkat) pelaku sebisa mungkin dirahasiakan.

Versi oknum menguntungkan karena menutup kemungkinan munculnya versi lain, termasuk versi sesungguhnya. Keuntungan lain, versi oknum jarang digugat karena pers dan masyarakat bosan mendengarkannya.

Patut dicatat, perbedaan oknum dengan pahlawan amat tipis. Jika anggota korps ketahuan bersalah, ia buru-buru dikucilkan jadi oknum. Telunjuk tiap anggota korps dituding ke oknum. Si oknum bukan cuma diadili, tetapi juga dipecat.

Coba kalau ia dikeroyok rakyat karena ketahuan memeras. Ia pulang ke markas dengan wajah babak belur dan pasti jadi pahlawan.

Rekan-rekan sekorps marah dan menyerbu kampung pengeroyok. Mereka mengamuk dan berkilah, "Soalnya ada yang menyerang nama baik korps kami."

Di bawah versi oknum ada "versi kambing hitam". Kalau oknum dikorbankan agar tak mencoreng nama korps, kambing hitam menyalahkan pihak-pihak di luar korps.

Contohnya Dephub yang mengambinghitamkan siapa saja—kecuali dirinya—sebagai penyebab kecelakaan. Padahal Dephub penuh korupsi lisensi sampai inspeksi pesawat.

Atau PSSI mengambinghitamkan wasit dan timnas Arab Saudi biang keladi kekalahan timnas di Piala Asia. Padahal, seperti kata pepatah, "Sirik tanda tak mampu".

Beberapa akibat penyakit MPD adalah logika bisa tak jalan, moral mudah rapuh, perasaan gampang hilang, dan berahi kekuasaan menggebu-gebu. Status manusia—terutama pejabat—turun jadi "subhuman".

PSSI tak malu rapat di penjara atau tak kapok mengirim timnas berlatih ke luar negeri—kali ini ke Uruguay—walau di program itu selalu gagal.

Contoh lain pejabat bilang bentrok di Ternate terjadi karena kesejahteraan prajurit rendah. Pertama, yang perlu peningkatan kesejahteraan bukan hanya prajurit, tetapi rakyat.

Kedua, kesejahteraan prajurit dirampas korupsi PT Asabri. Ketiga, kalau mau sejahtera di negeri ini jangan jadi prajurit, tetapi curilah asuransi mereka atau segera melamar ke KY.

Saya juga kena MPD. Saya bingung memilih "versi kemerdekaan merupakan hak semua bangsa" atau "versi tak semua bangsa berhak merdeka".

Selanjutnya......

Saturday, September 29, 2007

Lagi-lagi Lagi

Oleh Sunaryono Basuki Ks
http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0709/28/utama/3867947.htm
=====================

Saat makan siang saya bertanya pada cucu saya, Salma. "Kok tidak makan dengan (lauk) ikan laut?" Salma menjawab, "Lagi gak kepingin, Kung."

"Kalau kepingin lagi gimana?"

"Ya, makan."

Saya tak tahu apakah Salma yang duduk di kelas IV SD itu benar-benar mengerti makna kata lagi dalam dua kalimat yang berbeda itu, tetapi ia mampu menggunakan kata itu dalam sebuah kalimat.

Kamus Besar Bahasa Indonesia susunan Pusat Bahasa (1990) dan Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan WJS Poerwadarminta (1982) yang diolah kembali oleh Pusat Bahasa keduanya menjelaskan lema lagi. Menurut kedua kamus itu, lagi memang bermakna ’sedang’, ’tambah sekian’, ’kembali berbuat’, ’dan atau serta merta’, ’sebagai partikel yang menekankan kata atau kalimat yang mendahuluinya’.

Ada juga gabungan kata lagi dengan kata lain seperti dalam lagi pula, lagi pun, lagi-lagi, lagian, dan selagi. Dari KBBI kita belajar, sebuah kata bisa sangat produktif dan mengandung makna yang banyak.

Kasus yang kita hadapi adalah mendadak dangdut yang dipakai sebagai judul karya. Kata dadak yang merupakan adverbia digabung dengan meng-menjadi mendadak yang berarti ’tanpa diduga (diperkirakan) sebelumnya’, ’sekonyong-konyong’, ’tiba-tiba’. KBBI memberi contoh: "banyak orang mati mendadak karena serangan jantung", dan "...kaum gerilya sering mengadakan serangan mendadak pada malam hari".

Adverbia menurut buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Pusat Bahasa, 1988) dijelaskan sebagai "...kata yang memberi keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif, atau kalimat. …Adverbia sebagai kategori harus dibedakan dari keterangan sebagai fungsi kalimat". Di dalam contoh di atas, kata mendadak memerikan kata mati dan mengadakan serangan. Saya cetak miring kata mengadakan serangan sebab bilamana hanya kata serangan yang diterangkan, maka yang digunakan harus sebuah adjektiva. Sebagai contoh serangan fajar yang populer dipakai untuk menyertai sebuah peristiwa pemilihan. Kata fajar di sini berfungsi sebagai adjektiva.

Lalu, bagaimana dengan mendadak dangdut? Tanpa menonton "Mendadak Dangdut" di televisi pasti kita dibikin pusing oleh konstruksi aneh ini. Ternyata maksudnya, "menyanyikan lagu dangdut secara mendadak".

Kelenturan bahasa Indonesia dapat memperkaya bahasa itu sendiri, tapi juga bisa membingungkan jika tak memahami konteksnya. Memang karena kreativitas para seniman, sastrawan, penulis naskah drama, penulis skenario film, penulis lirik lagu, bahasa kita menjadi hidup. Belum lagi kalau kita meneliti bahasa gaul, makin pusing, tetapi bagaimana lagi? Penutur yang berkuasa, sedangkan para munsyi hanya bisa mengamati.

Sunaryono Basuki Ks Sastrawan, Tinggal di Singaraja, Bali

Selanjutnya......

Rindu Mudik = Homesick

Pepatah Tionghoa mengatakan: "Sejauh-jauh burung terbang, akhirnya akan kembali ke sarangnya". Hal ini terasakan sekali pada saat menjelang hari raya Idulfitri (Lebaran), dimana banyak sekali orang kejangkitan penyakit "Rindu Mudik". Rindu Mudik ini bukan hanya dirasakan oleh umat Muslim saja melainkan oleh hampir semua orang Indonesia yang berada dirantau, entah ia berada di New York, Amsterdam, Hongkong maupun di Jakarta. Rasa rindu yang dirasakan oleh mereka yang tinggal di Hong Kong maupun di Jakarta sama yang beda hanya jaraknya saja.

Pada saat kita rindu mudik, kita teringat akan kampung halaman dan orang-orang yang kita kasihi, hal ini membuat kita jadi sedih dan sakit, oleh sebab itulah dalam bahasa Spanyol rindu mudik ini disebut "el mal de corazón" = sakit hati. Kita teringat akan kampung halaman, orang tua, masa-masa yang indah diwaktu kecil. Pada saat kita masih kecil, mungkin kita harus hidup dengan segala keterbatasan, tetapi kalau saya jujur itu, bagi saya masa tersebut adalah masa yang paling indah di dalam kehidupan saya. Ingatan saya ketika masa tersebut adalah: "Woouooo…w…..fantastic. it's wonderfull, if we wanna to remember our childhood !"

Mungkin anda masih ingat ketika masa sekolah di sekolah SD, SMP, nonton bioskop, mancing ikan, bermain diwaktu hujan turun. Memang kalau dibandingkan dengan permainan anak-anak jaman sekarang, ini tidak ada apa-apanya, tetapi bagi saya ini masa tersebut mempunyai nilai yang sangat indah dan tak terlupakan.

Jadi rindu mudik tersebut bisa disamakan juga dengan rindu akan masa lampau - Notstalgia. Kata Notstalgia itu diserap dari dua kata dalam bahasa Yunani "Notos" = kembali kerumah dan "algos" = sakit/rindu.

Rindu mudik atau rindu akan kampung halaman dalam bahasa Inggris disebut Homesick sedangkan dalam bahasa Jerman "Heimweh" . Weh = sakit, Heim = rumah, Heimat = tanah air. Kata Heim itu sendiri diserap dari bahasa Jerman kuno Heimoti = Surga.

Kata Mudik diserap dari kata "Udik" yang berarti desa atau jauh dari kota alias di udik. Mudik berarti kembali ke udik, ke asal usul kita oleh sebab itu entah anda tinggal dirumah mewah yang bernilai ratusan milyar Rp ataupun bermukim di Amsterdam ataupun Hollywood sekalipun, ini tidak akan bisa menggantikan suasana seperti rumah di kampung halaman sendiri, walaupun itu di udik sekalipun juga. Jadi tepatlah pada saat kita sedang rindu mudik, kampung halaman itu bagi kita sama seperti juga "surga". Pada saat tersebut saya merasa iri terhadap mereka yang bisa pulang mudik ke kampung halamannya.

Di Eropa, penyakit rindu mudik ini lebih dikenal dengan sebutan "penyakit orang Swiss". Masalahnya sejak abad ke 15 banyak sekali pemuda dari Swiss yang bekerja sebagai tentara bayaran di Italy, Perancis, Jerman maupun Belanda. Mereka itu adalah serdadu bayaran yang pertama, oleh sebab itu juga s/d saat ini di Vatikan masih tetap mengerjakan para serdadu Swiss.

Kelemahan dari para serdadu Swiss itu mereka sering rindu mudik. Hal ini membuat banyak serdadu tersebut yang sering minggat maupun bunuh diri. Maka dari itu pada abad ke 18 di Perancis orang akan dihukum mati apabila berani menyanyikan atau bersiul lagu kampungnya orang Swiss "Kuhreihen" (Ranz de Vaches), mereka takut para serdadu bayaran mereka minggat. Apakah efeknya sama; seperti kalau orang Jawa mendengar lagu "Benggawan Solo"? Maka dari itu juga banyak orang Indonesia dirantau senang mendengar lagu musik Keroncong untuk mengurangi rasa rindu mudik.

Kenapa orang Jawa lebih sering rindu mudik ? Mungkin karena dalam bahasa Jawa kata "dalem" berarti "saya" dan kata "dalem" itu juga identis dengan "tempat tinggal".

Mungkin anda bisa merasakan kehidupan yang jauh lebih nyaman dan lebih berlimpah ruah di tanah orang, tetapi materi tidak akan bisa menggantikan maupun mengisi kekosongan maupun kesepian diri dan batin kita. Semakin lama anda berada ditanah orang semakin terasakan kekosongan jiwa kita, sama seperti juga HP yang kehabisan batterie.

Pada saat kita mudik, kita bisa nge-charge kembali batin dan kekosongan jiwa kita. Kita bisa mendapatkan kembali siraman-siraman rasa kasih dari orang-orang disekitar kita untuk mengembalikan kembali kegersangan, kekosongan maupun kesepian hidup kita dirantau. Sama seperti juga pada saat mengisi batterie; ini tidak harus berbulan-bulan walaupun hanya seminggu atau beberapa hari sekalipun juga, hal ini sudah dapat mengembalikan kembali keseimbangan jiwa kita.

Entah anda ini seorang pejabat tinggi, direktor maupun pengusaha, ketika dirantau anda tetap saja Mr Nobody atau sekedar nomor saja, tetapi dikampung halaman sendiri kita dapat menghayati kembali makna kedudukan sebagai adik, paman, keponakan, saudara ataupun anak.

Disitu kita dapat merasakan kembali kasih sayang tanpa pamrih, kasih sayang yang tulen bukan hanya sekedar basa-basi. Dengan tinggal beberapa saat saja di desa, kita dapat menyadari kembali makna sosial dari seorang tetangga, sahabat ataupun saudara, jadi bukan hanya sekedar sebagai orang lain yang tinggal di seberang rumah atau di samping meja kerjanya seperti yang dihayati di kota. Di kampung halaman kita bisa mendapatkan kembali harkat dan nilai kemanusiaan kita lagi.

Para perantau yang mengadu nasib di kota-kota maupun di luar negeri pada hari Lebaran dapat bertemu dengan sanak saudara, keluarga, serta kerabat di tempat kelahirannya. Rasa haru mewarnai ajang tali silaturahmi, karena mereka selama satu tahun atau lebih berpisah kini dapat berkumpul, bercengkerama, bersendau gurau, serta melepas rindu antar saudara dan kerabat. Dari silaturahmi ini, timbullah rasa kebersamaan, kekeluargaan persatuan dan kesatuan, sehingga dapat merasakan kembali hidup dalam kerukunan, atau rukun dalam kehidupan. Pada saat mudik; kita bisa menjaga silaturahim dengan kerabat di kampung halaman atau lebih jauh lagi kita bakal tetap ingat kepada asal-muasal kita.

Bagi mereka yang tidak begitu bahagia sehingga tidak bisa mudik, anda masih tetap bisa bersilaturahmi melalui surat, chatting, email, video maupun telepon, sebab kata arti sebenarnya dari silahturahmi adalah mendekatkan hubungan kekeluargaan dari segi aspek psikologis atau rohani saja, tanpa kehadiran jasmani atau fisik. Beda silaturahim" sebab kata tersebut mengandung makna lebih dalam. Kata rahim berarti menyertakan jasmani dan rohani.

Mang Ucup
Email: mang.ucup@gmail.com
Homepage: www.mangucup.net

Selanjutnya......

Resep Memaafkan!

Di hari-hari terakhir ini saya mendapatkan banyak sekali email per japri, dimana mereka mohon bantuan bagaimana caranya memaafkan, sebab untuk memaafkan itu tidaklah mudah. Apabila hanya sekedar lipservice saja sih mungkin tidaklah sukar. Disamping itu kok enak dan murah banget sih nilainya maaf ini, seakan-akan barang obralan begitu.

Perkataan maaf itu sangat mudah sekali kita ucapkan, tetapi pernahkah terpikirkan oleh mang Ucup, bagaimana rasanya perasaan dari orang2 yang pernah disakiti, sebagai akibat dari pembunuhan, permerkosaan, penipuan & perselingkuhan. Jangankan untuk soal yang berat2; baru dibohongi sekali saja kadang2 sudah ngambek berat sehingga bisa musuhan ber-tahun2. Bagi mereka perkataan maaf itu besar sekali maknanya.

Dan apakah mang Ucup pernah merasakan disakiti selama bertahun-tahun, udah sabar menerima seluruh penderitaan; di akhir cerita ia minggat lagi dengan WIL/PIL yang lebih muda. Apakah kagak sakit tuh. Sekarang dia hidup senang dengan pasangannya yang jauh lebih muda, sedang aku dirumah hidup sengsara sendirian, belum lagi harus membesarkan tiga anak yang masih kecil2. Apakah untuk perlakuan seperti ini harus dimaafkan dengan secara begitu saja, seakan-akan tidak pernah ada yang terjadi ?

Yang bersalah sekarang hidup senang; sedang Gw yang disakiti hidup sengsara. Bukankah dengan memaafkan dia; hidup Gw akan menjadi lebih menderita karenanya ? Orang seperti itu bukannya harus dimaafkan sebaiknya dipenggal kepalanya dan mayatnya diberikan kepada Sumanto untuk dijadikan gule atau sate begitu. Disamping itu ngapain Gw harus memaafkan dia, boro2 dia mau minta maaf ama Gw, ngaku salah aja kagak pernah ! Jadi satu kesia-siaan saja memaafkan dia !

Harus diakui bahwa memaafkan itu tidaklah mudah dan butuh waktu, seperti juga luka, tidak mungkin akan bisa sembuh dengan seketika. Disamping itu untuk dapat memaafkan itu dibutuhkan perjuangan batin dengan diri kita sendiri. Hikmah dan keuntungan dari memaafkan itu bukannya untuk orang yang menyakiti kita melainkan untuk diri kita sendiri. Percayalah dengan memaafkan anda bisa menghilangkan siksaan dan penderitaan yang selama ini menyiksa diri anda.

Dan seperti yang pernah saya tulis: "Kita tidak akan bisa merubah orang lain, tetapi bisa merubah diri kita sendiri !" Apabila Loe senang dengan penderitaan batin yang Loe alami sekarang ini teruskan saja sampai Loe koit ! Sebab tidak akan ada manusia di dunia ini yang dapat mengambil atau melepaskan beban penderitaan ini selainnya diri anda sendiri ! Perjalanan bagaimana jauhnya sekalipun juga harus diawali oleh langkah pertama. Langkah pertama yang harus anda lakukan ialah mengambil keputusan bersedia untuk memaafkan !

Apabila kita benar2 mau memaafkan orang, kita harus bersedia menguras dan mencuci bersih seluruh arsip kotor dari kesalahan2 orang yang akan kita maafkan, jadi bukan hanya sekedar di bibir saja, melainkan harus dikosek bersih sampai ke sudut bagian yang paling dalam di batin kita. Ini hanya akan bisa terlaksana apabila Anda bersedia melakukan tahapan2 seperti yang tercantum dibawah ini.

Change of Action - Perubahan dari segi lahir: dari muka yang cemberut, bibir yang mencibir dan pandangan mata yang merendahkan, kembali kepada tahapan yang normal, umpamanya dengan mulai menyapa dan memberikan salam kembali seperti biasa. Merubah dan mengembalikan penampilan lahiriah ini tidaklah mudah apalagi kalau sudah lama bermusuhan. Dan kalau tidak bisa bertemu dengan orang tersebut kirimlah SMS atau Email just to say hello kepadanya.

Change of Mind - perubahan dalam pikiran: ini lebih sukar daripada yang pertama sebab kita harus merubah pikiran maupun pandangan kita terhadap orang tsb, hal ini hanya bisa terjadi apabila kita bersedia dan mau mengosongkan pikiran negatif kita terhadap yang bersalah dengan cara melupakannya kesalahan orang tsb. Setelah ini kosong baru bisa di isi dengan pikiran yang positif. Hal ini membutuhkan waktu dan perjuangan diri sendiri untuk berperang dengan "our inside", merubah paradigma bahwa ia melakukan kesalahan tsb hanya karena khilaf dan bukan dengan tujuan untuk menyakiti, apalagi di dunia ini "Nobody is perfect. Everyone can do wrong".

Change of Heart - perubahan dalam hati atau batin kita. Dimana sifat bermusuhan kita bukan hanya sekedar hanya dihapus saja, bahkan dirubah menjadi kasih, dari yang tadinya jauh sekarang menjadi dekat, dari yang tadinya musuh sekarang menjadi sahabat. Yang terpenting jangan sampai timbul maupun dikotori oleh pikiran "jangan-jangan" ia akan melakukan hal yang sama lagi di kemudian hari. Jadi kita harus benar2 bisa memaafkan dengan tanpa syarat!

Apabila kita sudah dapat melaksanakan ketiga tahapan tsb, maka kita akan bisa melihat dan merasakannya keindahan dari perkataan maaf tsb, jadi bukan hanya sekedar bunyi2an atau tulisan kosong saja.

Mang Ucup - The Drunken Priest
Email: mang.ucup@gmail.com
Homepage: www.mangucup.net

Selanjutnya......