Tuesday, October 9, 2007

"SBY-S = BY"

Oleh Budiarto Shambazy
http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0710/06/utama/3888728.htm
================

Capres karier politik puncak yang bisa mengubah nasib rakyat. Capres menuntut pengorbanan besar karena bukan pekerjaan enteng.

Ada capres megalomaniak, ada yang berambisi dangkal. Padahal, keputusan menjadi capres menuntut refleksi mendalam dan pertimbangan saksama.

Premis ini berlaku bagi debutan atau yang pernah jadi capres. Sebelum maju, ajukanlah pertanyaan ini kepada diri Anda.


1. Apakah saya ingin jadi presiden? Banyak yang bernafsu, tetapi tak paham tanggung jawabnya.

Jika dinilai kurang serius, celakalah Anda. Jabatan presiden hanya untuk yang punya bibit, bébét, bobot.

2. Apakah saya tahu apa yang dikerjakan? Negara ini banyak masalah yang butuh solusi.

Rakyat bosan kepada presiden yang pandai bicara dan malas mempersoalkan golongan, jender, atau perlambang yang bersifat semu. Rakyat rindu kepada presiden berhati nurani yang berkelas manajer yang mau mendelegasikan wewenang.

3. Apakah saya punya waktu? Politik pekerjaan "24/7" dan presiden selalu "diuber setan". Boleh saja berkaraoke atau main golf, tetapi jangan keranjingan.

4. Apakah tepat waktunya mencalonkan diri? Tak ada kata "tua" dalam politik selama Anda berpengalaman memimpin.

5. Apakah saya siap malu? Setiap orang punya rahasia, apalagi teknologi makin canggih. Jika rahasia Anda amat memalukan, jangan maju. Kasihan keluarga dan pendukung Anda—kalau masih punya rasa malu—yang ikut menanggung aib.

6. Apakah saya bisa menang? Jangan gé-ér meramalkan kemenangan, Anda justru menggugat berapa persen kemungkinan Anda akan kalah.

Anda harus jujur, khususnya jika Anda pembohong. Kalau perlu, tanya psikiater atau tukang kebun apa pendapat mereka tentang Anda—biasanya mereka lebih jujur daripada para politisi di sekeliling Anda.

7. Apakah saya siap menerima kekalahan? Tirulah humor Bu Mega yang bilang "kami cuma kekurangan jumlah suara" setelah Pilpres 2004.

Ada politisi yang tabah menghadapi kekalahan. Namun, kalau kalah, Anda tidak perlu bernyanyi I Believe I Can Fly sambil loncat dari lantai 20 apartemen Anda.

8. Apakah saya serakah? Ini penyakit presiden dunia ketiga. Anda mengumpulkan harta untuk semua anggota keluarga, padahal makam Anda tak muat menampung semua harta curian.

9. Apakah uang saya cukup? Untuk jadi presiden, Anda harus kaya raya.

Waktu mengumpulkan dana Anda harus waspada. Jangan pinjam uang dari calon wapres, politisi pendukung, konglomerat yang berharap balas jasa, apalagi dari luar negeri.

Pinjamlah dana dari bank, titik. Kalau perlu, jual rumah atau tanah Anda.

10. Apakah keluarga saya siap? Tak sedikit keluarga presiden yang kehidupannya berantakan karena ayah/ibu mereka jadi presiden. Tetapi, Anda juga bisa membentuk dinasti politik seperti keluarga Gandhi di India atau Kennedy di AS.

Nah, kalau Anda menjawab jujur 10 pertanyaan itu, siapkanlah langkah-langkah ini.

1. Kalau sudah yakin, jangan mundur. Langkah-langkah awal penuh tantangan, tetapi setelah itu semuanya akan lancar.

2. Rumuskanlah visi dan misi jadi presiden di sehelai kertas kira-kira dengan 25 kata saja. Isinya alasan-alasan ingin jadi presiden, sasaran-sasaran yang ingin dicapai, dan mengapa Anda yang layak.

3. Siapkan biografi untuk memasarkan sosok Anda. Mungkin Anda tak mungkin menulisnya sendiri, maka sewalah orang- orang yang berkompeten.

4. Ajak keluarga berkampanye. Juga minta pengertian mereka bahwa ritme kehidupan sehari-hari pasti berubah, misalnya rumah pasti kayak pasar malam selama 24 jam.

5. Sewa profesional untuk tiga bidang terpenting: riset, komunikasi, dan strategi. Periset bertanggung jawab atas survei opini publik yang memantau posisi Anda di pasar.

Ahli komunikasi dan pakar strategi yang tepat biasanya yang memiliki latar belakang ilmu politik yang kuat. Ingat, Anda adalah "produk politik", bukan sabun atau kopi three in one.

6. Lancarkan tur Nusantara. Masa Anda kalah sama Madonna atau Mick Jagger yang masih melancarkan tur dunia?

7. Pelajari isu-isu penting. Sebelum pengumuman pencalonan Anda, sebaiknya tetirah ke tempat yang sunyi untuk sinau.

Siapkan fakta tentang berbagai isu penting dan posisi di setiap isu. Di negara ini ada 1.001 isu, mulai dari yang serius seperti poligami sampai yang sampingan kayak kegagalan timnas PSSI.

8. Sewa staf profesional dan penyusun jadwal. Hanya dua orang ini yang tahu keberadaan Anda. Mereka bertugas mengatur siapa yang bertemu Anda, mengapa mereka mau ketemu, berapa lama, dan detail lainnya.

9. Sewa manajer kampanye. Ada tiga tipe manajer kampanye: profesional yang biasa terlibat kampanye, nonprofesional berbakat ("politisi abadi"), dan nonprofesional paruh waktu (misalnya ilmuwan).

10. Bentuk tim internal. Tim terdiri dari staf profesional, penyusun jadwal, manajer kampanye, dan beberapa orang lagi yang Anda percaya dan jumlahnya 7-8 orang.

11. Untuk dua capres yang sudah resmi mencalonkan diri, camkan pesan saya. Untuk Bu Mega, pakailah slogan "Mie Gawatie Lezaaat Rasanya!"

Untuk BY (Bang Yos) ada slogan ampuh, "SBY-S = BY".

No comments: