Tuesday, October 9, 2007

Satu Detik setelah Loe Koit ! - Bag. 3/3

Banyak orang tidak yakin akan adanya jiwa di dalam tubuh kita, maklum jiwa itu tidak bisa dilihat, tetapi anehnya di Indonesia ada Dr Jiwa, Rumah Sakit Jiwa maupun Asuransi Jiwa, walaupun belum ada satu orang pun yang pernah melihat jiwa.

Pertanyaan saya kapan jiwa/roh dari orang tsb akan keluar meninggalkan tubuhnya? Apakah setelah ia tidak bernafas lagi? Menurut beberapa kepercayaan dan pendapat orang, setelah orang itu mati jiwa/roh dari orang tsb akan tetap berada melayang-layang disekitar tubuhnya selama 72 jam oleh sebab itulah mereka tidak akan mau menguburkan mayat tsb sebelum masa 72 jam ini lewat.

Sedangkan menurut pendapat mang Ucup, orang itu meninggal dunia (mati) apabila jiwanya sudah tidak bisa balik atau berhubungan lagi dengan tubuhnya, jadi sudah benar-benar keluar dan putus hubungan dari tubuh tsb. Kalau kita sudah keluar dari pintu untuk pindah ke alam baka, kita tidak akan bisa balik lagi masuk kembali melalui pintu yang sama. Orang yang mati suri pada umumnya belum keluar dari pintu ini, mereka masih berada di dunia fana, mereka belum melewati batas pintu kematian.

Kata jiwa dalam bahasa Indonesia diserap dari bahasa Sansekerta "jiva" sedangkan kata roh diserap dari bahasa Arab Al-Ruh. Sedangkan Soul dalam bahasa Inggris diserap dari kata Jerman Kuno "seula". Sedangkan jiwa sudah meninggalkan raganya dalam bahasa Indonesia disebut "arwah".

Jiwa dalam bahasa Arab disebut juga "al-nafs' seperti juga dalam bahasa Ibrani "nefesy'. Kata ini identis dengan nafas, sebab Sang Pencipta menciptakan manusia dengan cara meniupkan "nafas" kehidupan kedalam raga manusiawi. Oleh sebab itu juga kata bernafas dalam bahasa Jerman "atmen" diserap dari bahasa Sasenkerta "atman" yang berarti jiwa. Sedangkan dalam bahasa Yunani "Psyche" maka dari itu jurusan ilmu jiwa disebut Psikologi.

Keyakinan tentang keberadaannya jiwa bukan dibahas oleh para agamaist saja melainkan sudah ribuan tahun sebelumnya dibahas dan diakui juga oleh para filsuf besar Plato, Socrates maupun Rene Descartes yang pernah mengeluarkan pernyataan bahwa semuanya tidak ada yang pasti, kecuali kenyataan, bahwa seseorang bisa berpikir. "Aku berpikir maka aku ada" dalam bahasa Latin "Cogito ergo sum" atau dalam bhasa Perancis "Je pense donc je suis".

Mengenai jasad atau tubuh seseorang sudah jelas bahwa ia akan kembali menjadi debu, tetapi kemana pergi jiwa/roh nya? Menurut Prof. Dr. Werner von Braun Alm. seorang ilmuwan yang sangat piawai sekali dalam hal pembuatan roket: "Saya percaya akan adanya roh/jiwa, karena berdasarkan logika dari ilmu pengetahuan, tidak mungkin sesuatu akan hilang begitu saja tanpa berbekas, kalau tadinya ada nyawa di dalam tubuh kita, berarti nyawa tsb akan tetap ada dan akan tetap hidup terus!"

Banyak orang sudah berusaha untuk mengukur berdasarkan berat badan orang hidup dan orang mati dan selisihnya inilah yang mereka definisikan sebagai beratnya dari jiwa/roh.

Apakah mungkin jiwa/roh itu merupakan perasaan kita, seperti kasih sayang, marah, sedih, senang, rasa cemburu? Karena perasaan juga tidak bisa diukur dan ditimbang, disamping itu belum ada manusia yang bisa menciptakan atau mendefinisikan secara exact perasaan itu bagaimana! Kita bisa menciptakan robot yang serba canggih, tetapi tidak mungkin manusia bisa menciptakan robot yang bisa mempunyai perasaan, karena robot tidak mempunyai jiwa/roh. Maka dari itu juga kata nafsu, seperti nafsu birahi, nafsu amarah dalam bahasa Indonesia, diambil dari kata yang sama seperti jiwa "al-nafs" dalam bahasa Arab.

Walaupun demikian ada banyak orang yang berpendapat bahwa perasaan itu adalah hasil produksi atau output dari daya pikir kita, maka dari itu kalau otak dari orang tsb mati, maka matilah juga perasaannya atau dalam arti kata lain tidak ada perasaan lagi setelah kita mati atau tidak ada lagi kehidupan setelah mati. Aliran yang mempercayai pendapat ini disebut Epiphänomenalismus. Apakah bisa dibuktikan bahwa perasaan itu adalah hasil output dari daya pikir kita? S/d detik ini tidak ada ilmuwan manapun juga yang bisa melokalisir di bagian otak mana kita merasa senang, sedih ataupun marah.

Menurut pendapat mang Ucup, otak kita bisa melaksanakan aktivitas perasaan seperti menyayangi, senang, susah, sedih maupun marah, tetapi penyebabnya bukanlah otak kita. Ini sama seperti TV, kita bisa melihat film karena ada TV, tetapi TV itu sendiri tidak membuat film, melainkan film dibuat di studio pemancar. Dan program tetap berjalan terus walaupun TV tsb dipadamkan. Otak kita itu sama seperti CPU dari computer, tetapi CPU tsb bukanlah programmer nya.

Kalau jasad dan badan kita mati, berarti yang akan hidup terus ialah arwah/roh/jiwa. Pertanyaan yang saya ingin ketahui dalam cara bagaimana roh/jiwa ini bisa hidup terus.

1. Apakah seperti dalam keadaan tidur atau seperti dalam keadaan pingsan, jadi dalam keadaan pasiv?
2. Apakah seperti pada saat kita lagi mimpi dimana kita bisa aktiv melakukan kegiatan seperti dalam kehidupan sehari-hari ?
3. Apakah mengulang lagi masa hidup yang lampau, jadi bisa bertemu dengan kawan-kawan lama, maupun anggota keluarga yang sudah berada di alam baka?
4. Ataukah kita akan dilahirkan dalam bentuk dan wujud baru jadi memulai sesuatu dari nol lagi?

Berdasarkan pengalaman dari orang-orang yang pernah, bahkan sering memanggil arwah, kemungkinan ke tiga lah yang sering dan mudah dibuktikan. Karena kalau ia sudah dilahirkan kembali pasti arwahnya tidak akan bisa dipanggil lagi, karena arwah tsb sudah berada di dalam jasad atau tubuh baru, jadi tidak bisa keluar lagi dari terminal.

Sedangkan kalau dalam keadaan tidur alias pasiv, tentu ia tidak akan bisa aktiv berkomunikasi dengan orang yang memanggilnya. Tetapi kemungkinan lainnya arwah dari orang yang sudah meninggal bisa dipanggil kembali, karena mungkin arwah/roh tsb sedang menunggu di "waitingroom" sebelumnya ia dilahirkan kembali, jadi masih belum masuk ke tubuh atau jasad baru. Berapa lama ia harus menunggu di waitingroom? Saya tidak tahu karena dalam soal ini saya belum berpengalaman.

Apabila rekan-rekan dan para pembaca belum bosan baca mengenai masalah kematian; mungkin pada suatu saat, saya akan melanjutkan untuk menulis pengalaman mereka yang sudah pernah mati alias Mati Suri atau dalam bahasa Londonya disebut "Near Death Experience" (NDE). Apa mungkin kita bisa Sightseeing sebagai tourist dengan ticket PP ke dunia kematian ? Apa yang mereka telah lihat dan alami disana ? Bagaimana rasanya mati itu ?

Mang Ucup
Email: mang.ucup@gmail.com
http://www.friendster.com/mangucup
Homepage: www.mangucup.net

No comments: