Saturday, September 29, 2007

Lagi-lagi Lagi

Oleh Sunaryono Basuki Ks
http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0709/28/utama/3867947.htm
=====================

Saat makan siang saya bertanya pada cucu saya, Salma. "Kok tidak makan dengan (lauk) ikan laut?" Salma menjawab, "Lagi gak kepingin, Kung."

"Kalau kepingin lagi gimana?"

"Ya, makan."

Saya tak tahu apakah Salma yang duduk di kelas IV SD itu benar-benar mengerti makna kata lagi dalam dua kalimat yang berbeda itu, tetapi ia mampu menggunakan kata itu dalam sebuah kalimat.

Kamus Besar Bahasa Indonesia susunan Pusat Bahasa (1990) dan Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan WJS Poerwadarminta (1982) yang diolah kembali oleh Pusat Bahasa keduanya menjelaskan lema lagi. Menurut kedua kamus itu, lagi memang bermakna ’sedang’, ’tambah sekian’, ’kembali berbuat’, ’dan atau serta merta’, ’sebagai partikel yang menekankan kata atau kalimat yang mendahuluinya’.

Ada juga gabungan kata lagi dengan kata lain seperti dalam lagi pula, lagi pun, lagi-lagi, lagian, dan selagi. Dari KBBI kita belajar, sebuah kata bisa sangat produktif dan mengandung makna yang banyak.

Kasus yang kita hadapi adalah mendadak dangdut yang dipakai sebagai judul karya. Kata dadak yang merupakan adverbia digabung dengan meng-menjadi mendadak yang berarti ’tanpa diduga (diperkirakan) sebelumnya’, ’sekonyong-konyong’, ’tiba-tiba’. KBBI memberi contoh: "banyak orang mati mendadak karena serangan jantung", dan "...kaum gerilya sering mengadakan serangan mendadak pada malam hari".

Adverbia menurut buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Pusat Bahasa, 1988) dijelaskan sebagai "...kata yang memberi keterangan pada verba, adjektiva, nomina predikatif, atau kalimat. …Adverbia sebagai kategori harus dibedakan dari keterangan sebagai fungsi kalimat". Di dalam contoh di atas, kata mendadak memerikan kata mati dan mengadakan serangan. Saya cetak miring kata mengadakan serangan sebab bilamana hanya kata serangan yang diterangkan, maka yang digunakan harus sebuah adjektiva. Sebagai contoh serangan fajar yang populer dipakai untuk menyertai sebuah peristiwa pemilihan. Kata fajar di sini berfungsi sebagai adjektiva.

Lalu, bagaimana dengan mendadak dangdut? Tanpa menonton "Mendadak Dangdut" di televisi pasti kita dibikin pusing oleh konstruksi aneh ini. Ternyata maksudnya, "menyanyikan lagu dangdut secara mendadak".

Kelenturan bahasa Indonesia dapat memperkaya bahasa itu sendiri, tapi juga bisa membingungkan jika tak memahami konteksnya. Memang karena kreativitas para seniman, sastrawan, penulis naskah drama, penulis skenario film, penulis lirik lagu, bahasa kita menjadi hidup. Belum lagi kalau kita meneliti bahasa gaul, makin pusing, tetapi bagaimana lagi? Penutur yang berkuasa, sedangkan para munsyi hanya bisa mengamati.

Sunaryono Basuki Ks Sastrawan, Tinggal di Singaraja, Bali

No comments: