Sunday, September 16, 2007

Mau Terkenal dan atau Ternama?

Oleh SamuelMulia
http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0709/16/urban/3832338.htm
================

1. Anda sendiri yang tahu.

2. Kalau Anda ragu-ragu, itu berarti Anda tak yakin. Tak ada manusia ragu bisa yakin apakah ia mau ternama, terkenal, atau keduanya, atau tidak ingin menjadi keduanya, bukan?

3. Jangan jadi terkenal, jadilah ternama. Terkenal bisa tanpa usaha, tetapi menjadi ternama, maksudnya Anda punya nama, mengukir prestasi, itu memerlukan jalan panjang yang kadang berliku.

Saya bisa saja berteman baik dengan Paris Hilton dan duduk minum kopi dengan Bruce Willis—saya bisa ikut terkenal karena mengenal mereka maksudnya—tetapi yang ternama dan punya prestasi itu tetap mereka. Saya cuma teman untuk duduk-duduk, bahkan mungkin bisa jadi dayang-dayang.

4. Dahulu kalau saya berlibur, saya berusaha tinggal di hotel ternama dengan riwayatnya yang legendaris karena saya ingin diasosiasikan dengan hotel ternama itu dan karena Naomi Campbell menjadi salah satu pelanggannya. Padahal, saya tak akan pernah ternama karena mencetak riwayat yang legendaris seperti hotel itu dan mbak Naomi adalah sebuah perjalanan panjang.

5. Teman saya mengatakan kalau kita memiliki keyakinan kita mampu dan ternama buat diri kita sendiri, bukankah selayaknya orang lain yang berhak menilai apakah kita sudah ternama sehingga kita tak jadi jago kandang saja? Saya setuju. Itu mengapa ada yang berprofesi sebagai kritikus, yang memberi masukan. Saya hanya mengingatkan, kalau memberi masukan itu bisa jadi benar bila dinilai dengan hati yang waras, tetapi bisa juga dinilai dengan hati tak waras. Balas dendam atau iri hati, misalnya. Bedanya setipis kertas tisu. Kan, seperti pepatah mengatakan, dalamnya hati siapa tahu?

6. Anak buah saya seorang pembuat puisi ingin menerbit kan buku mengenai karyanya. Ia kesal karena pembuat puisi kondang tak mau memberikan komentarnya di buku itu. Terus saya berpikir, mengapa seseorang sampai perlu membutuhkan pengakuan dari orang ternama. Apakah begitu tidak yakinnya kita ini dengan apa yang kita ciptakan sendiri? Bukankah yang sekarang ternama, dahulu pun tak punya nama?

Maka, saya sarankan dia maju terus tanpa orang ternama karena ketika orang ternama membaca puisinya, puisi teman saya itu bisa menjadi inspirasi buat si ternama. Yang namanya maling kan bukan cuma di jalan. Dan belum tentu yang ternama itu bukan maling. Sekali lagi, dalamnya hati siapa tahu?

7. Give more, expect less.

No comments: